IJTI: Jurnalis harus Pikirkan Efek Buruk Berita

id ITJI, Jurnalis, Padang

Padang, (Antara) - Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pusat menyatakan jurnalis yang memproduksi berita negatif tanpa mempedulikan efek buruk dari beritanya tersebut, tidak layak menjadi jurnalis.

Ketua IJTI Pusat, Yadi Handriana, di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu, mengatakan indikasi jurnalisme yang "vulgar" tanpa kenal batas itu sudah terlihat saat ini dari berbagai media, baik televisi maupun cetak.

Saat membuka secara resmi Musyawarah Pengurus Daerah IJTI Sumbar di salah satu hotel di Padang, ia mengatakan contoh nyata mulai kurangnya batasan dalam pembuatan berita adalah kasus Tata Chubby yang diberitakan secara besar-besaran oleh berbagai media.

"Seolah tidak ada pertimbangan efek negatif secara psikologis terhadap anak dan keluarganya, padahal mereka tidak memiliki salah apa-apa,"katanya.

Masih dalam kerangka berita yang sama, menurutnya, ada pula stasiun televisi yang mengundang seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk datang ke studio untuk diwawancarai secara langsung seputar dunia prostitusi.

"Nilai apa yang ingin diberikan dengan tayangan itu. Tayangan yang ditonton oleh masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa," ujarnya.

Kasus lain, adalah berita penangkapan terduga teroris secara besar-besaran yang pasti juga berefek negatif kepada keluarga terduga.

"Ini menunjukkan tidak ada lagi pertimbangan jurnalis apa yang patut untuk ditayangkan dan apa yang patut untuk disimpan," katanya.

Menurut dia, persoalan itu erat kaitannya dengan kompetensi wartawan.

"Kompetensi bukan berarti bisa membuat berita, tetapi juga keahlian untuk menilai layak atau tidak berita itu dikirim untuk ditayangkan," katanya.

Dia mengatakan persoalan itu harus menjadi perhatian semua jurnalis, tertutama jurnalis televisi, karena menurut survei menyebutkan bahwa 90 persen referensi informasi masyarakat adalah media televisi.

Sementara itu, Ketua IJTI Sumbar Rino Zulyadi mengajak semua jurnalis televisi, terutama di Sumbar untuk masuk menjadi anggota IJTI.

"IJTI adalah rumah bagi jurnalis televisi sekaligus tempat untuk saling berbagi mendukung dan saling meningkatkan kompetensi," katanya.

Dia juga berharap pengurus IJTI Sumbar ke depan juga akan lebih baik hingga bisa membawa perubahan positif bagi jurnalis televisi di daerah itu.

Sementara itu, ketua panitia pelaksana Jhon Nedy Kambang mengatakan pelaksanaan Musda itu sudah mengalami beberapakali pengunduran dan sempat diwarnai pergantian kepanitiaan.

Meski demikian dia berharap, dalam Musda IJTI kali ini akan terpilih pengurus yang lebih baik agar IJTI Sumbar juga bisa semakin baik. (*)