Gapensi: Pasar Konstruksi Nasional Dikuasai Kontraktor Besar

id Gapensi

Jakarta, (Antara) - Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Andi Rukman Karumpa mengatakan pasar konstruksi nasional masih dikuasai oleh kontraktor besar sehingga dibutuhkan kebijakan untuk menyehatkan persaingan.

"Sebanyak 85 persen nilai pasar konstruksi dikuasai oleh kontraktor besar dengan jumlah 5 persen dari total 160.000 badan usaha," kata Andi Rukman Karumpa, Senin.

Sedangkan sisanya, menurut dia, sebesar 15 persen nilai pasar konstruksi diperebutkan oleh UKM konstruksi dengan jumlah 95 persen dari sekitar 160 ribu badan usaha yang ada.

Ia berpendapat, kondisi tersebut mengakibatkan persaingan usaha di pasar konstruksi skala kecil dan menengah menjadi tidak sehat dan terdistorsi sehingga membuka peluang bagi pengguna jasa yang bertikad kurang baik.

Itikad tersebut, lanjutnya, dimaksudkan untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya melalui kontrak konstruksi yang tidak adil dan tidak seimbang yang hanya menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lain.

Andi juga mengingatkan bahwa UKM konstruksi merupakan pihak yang paling rentan terhadap aksi kriminalisasi padahal UKM konstruksi dinilai sangat besar jumlahnya atau mencapai 99 persen dari 48 ribu anggota Gapensi di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, Plt Dirjen Bina Konstruksi Hediyanto W Husaini juga mengakui bahwa pasar konstruksi di Indonesia masih didominasi badan usaha berkualifikasi besar yang jumlahnya hanya sekitar satu persen dari seluruh badan usaha jasa konstruksi yang mencapai 130.000.

"Tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan kelas badan usaha menengah dan kecil menjadi besar agar dapat memiliki daya saing tinggi," kata Plt Dirjen Bina Konstruksi Hediyanto W Husaini dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Hediyanto mengingatkan bahwa pasar konstruksi Indonesia akan menarik pengusaha jasa konstruksi asing datang ke Indonesia, mengingat Indonesia merupakan pasar konstruksi terbesar di ASEAN, yang memberikan konstribusi lebih dari 67 persen terhadap pasar konstruksi ASEAN.

Sedangkan di tingkat kota, lanjutnya pertumbuhan pasar konstruksi di Jakarta merupakan yang tertinggi di Asia, serta potensi keuntungan yang dapat diraih dari usaha jasa konstruksi di Indonesia termasuk yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Sebagaimana diwartakan, Indonesia mesti menambah jumlah tenaga kerja insinyur dalam mengembangkan sektor konstruksi di Tanah Air agar kekurangan tersebut tidak diisi oleh tenaga kerja dari warga negara asing.

"Tren kebutuhan insinyur di Indonesia ini sangat mengkhawatirkan, Indonesia kemungkinan akan kekurangan insinyur sekitar 10 ribu orang per tahun pada 10 tahun ke depan, sehingga kebutuhan tenaga kerja akan diisi tenaga asing," kata Sekretaris Badan Pembinaan Konstruksi Panani Kesai dan menjelaskan, hal tersebut tentu harus diantisipasi sejak dini terutama bila di kota dinilai sudah jarang dari generasi muda yang berminat menjadi insinyur.

Untuk itu, ujar dia, generasi muda di daerah harus didorong untuk membangkitkan ketertarikan terhadap profesi insinyur, dan proses pembibitan bakat tersebut jangan dibiarkan jalan sendiri. "Perlu upaya pendampingan dari para pemangku kepentingan semua, termasuk keterlibatan pemilik proyek dan pelaku bisnis konstruksi untuk lebih banyak menerima pemagangan kerja, perekrutan tenaga konstruksi dilakukan sejak mereka masih kuliah di Perguruan Tinggi," ujar Panani.

Pemerintah, lanjutnya, akan terus merangsang generasi muda sejak dini untuk mengenai profesi insinyur, yang bertujuan menumbuhkan kembali minat generasi muda saat ini pada profesi insinyur. (*)