Pengamat: Ubah Paradigma Tingkatkan Soliditas Kopassus

id Kopassus

Jakarta, (Antara) - Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, mengatakan, pembenahan internal yang dilakukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dalam mengubah paradigmanya bermanfaat khususnya bagi soliditas pasukan dan umumnya kepada masyarakat serta institusi lain.

"Kita tentu setuju dan mendukung dengan ide Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo yang menekankan prajuritnya agar mengubah paradigmanya dari 3 M (marah, melotot, memukul) menjadi 3 S yakni, Senyum, Sapa, Salam," kata Nuning, menanggapi peringatan HUT Ke-63 Kopassus, di Jakarta, Selasa.

Ia menilai seiring dengan pergeseran ancaman yang dihadapi, Kopassus di bawah kepemimpinan Mayjen TNI Doni Monardo perlahan tapi pasti bermetamorfosis menjadi pasukan khusus yang memiliki ketangkasan dan kehebatan tetapi lebih humanis dan strategis.

Hal ini dikarenakan adanya kesadaran penuh bahwa era perang tradisional yang mengandalkan otot bisa dikatakan hampir tidak ada lagi. Adapun yang kini harus diperangi adalah berbagai ancaman faktual dan gangguan nyata yang berupa perang cyber, perang proxy, dan terorisme.

"Saya melihat Kopassus memang didesain sebagai pasukan khusus bukan satuan khusus, dilatih secara khusus untuk melaksanakan operasi khusus pada satuan strategis yang terpilih karena itu. Kopassus harus selalu ingat dan waspada tidak boleh digunakan semaunya apalagi oleh orang atau pihak tertentu," ungkap Nuning.

Mantan anggota Komisi I DPR itu mengapresiasi langkah Kopassus yang berencana mengundang beberapa tokoh penting dari berbagai pihak yang di masa lalu 'berhadapan' dengan Kopassus dalam peringatan HUT Kopassus pada 29 April nanti.

Mereka adalah tokoh- tokoh eks OPM seperti Frans Albert Yoku mantan tokoh OPM Luar Negeri, kemudian mantan Panglima OPM wilayah Biak, Serui dan Nabire, Yap Marai.

Dari Timor Leste ada eks Falintil, pasukan klandestein Lere Anan Timor dan Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Falur. Adapun dari GAM adalah Panglima GAM Muzakkir Manaf dan Menlu GAM Irwandi Yusuf.

Bagi Kopassus, tambah Nuning, tidak memiliki musuh, namun musuhnya adalah musuh negara.

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar juga mengapresiasi langkah yang diambil Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo.

"Kita apresiasi Pak Doni karena punya sejumlah gagasan baru, itu perlu didorong supaya lebih terstruktur. Ketika negara tidak memikirkan bagaimana TNI supaya lebih maju dan modern, untungnya ada orang seperti Pak Doni," katanya.

Menurut Haris, langkah Kopassus yang mengundang musuh-musuhnya di masa lalu untuk bertemu dinilai sebagai upaya untuk membangun benchmark atau tolok ukur supaya hal seperti itu tidak terjadi lagi.

Dia berharap Kopassus meneruskan reformasi TNI dan langkah itu dapat ditiru oleh kesatuan-kesatuan yang lain.

Kopassus didirikan pada 16 April 1952, saat itu bernama Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).

Nama Kolonel A. E. Kawilarang tak bisa dilepaskan dari satuan elit TNI AD ini, karena dia lah pendiri dari cikal bakal Kopassus. Sebelumnya, Kopassus pernah bernama Kopassandha alias Komando Pasukan Sandi Yudha.

Setiap 16 April biasanya diperingati sebagai HUT Kopassus, namun tahun ini seiring adanya Peringatan dan Konferensi Tingkat Tinggi KAA, Kopassus memilih 29 April sebagai perayaan hari ulang tahunnya. (*)