Indonesia-Malaysia-Thailand Tingkatkan Wisata Selat Malaka

id Indonesia, Selat Malaka, Wisata

Langkawi, (Antara) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan salah satu hasil pertemuan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triagle (IMT-GT) adalah meningkatkan pariwisata terutama di Selat Malaka.

"Selat Malaka itu merupakan 'tourism spot', ada Langkawi (Malaysia), Phuket (Thailand), Bintan sampai ke Sabang (Indonesia) yang diharapkan seluruhnya terjadi peningkatan industri pariwisata di kawawasan itu," kata Jusuf Kalla saat konferensi pers usai pertemuan IMT GT di Langkawi Convension Centre di Pulau Langkawi-Malaysia, Selasa.

Menurut dia, untuk peningkatan wisata di wilayah itu perlu perbaikan konektivitas antara pulau yang menjadi prioritas masing-masing tiga negara.

"Ada rencana (rute) kapal laut dan jalur penerbangan udara antara ketiga negara akan tersambung," ujarnya.

Wapres juga mengungkapkan transportasi penggunaan kapal jenis roll on roll off (Roro) tahun 2016 akan berjalan guna membuat konektifitas Sabang ke Langkawi.

Selain masalah pariwisata, lanjut wapres, ketiga negara menilai Selat Malaka itu penting sehingga perlu dilakukan peningkatan kerjasamanya.

"Tadi diputuskan meningkatkan lagi semua kerjasama, khususnya pariwisata karena semua mempunyai potensi yang luar biasa dan juga menghubungkan wilayah itu dengan transportasi dan energy-nya," katanya.

Jusuf Kalla mencontohkan kerjasama di bidang energi, yakni penggunaan listrik antara Malaysia (Malaka) dan Sumatera.

"Sedang dibicarakan hubungan listrik antara Pulau Sumatera dengan Malaysia, khususnya melalui Riau dengan Malaka, di mana siang hari dipakai di Malaka, malamnya di Sumatera. Jadi ada interkoneksi," katanya.

Menurut Wapres, dari segi ekonomi kerjasama tersebut, ketiga negara bisa mengambil keuntungan, apalagi menyambut pelaksanaan diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun depan.

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Jalil mengatakan arus perdagangan di kawasan Selat malaka ini meningkat cukup signifikan.

"Walaupun angkanya masih relatif kecil, tahun 2012 sudah mencapai hampir setengah miliar dolar transaksi antar tiga negara di kawasan ini, sedangkan pada 2014 tercatat lebih dari 600 juta transaksi perdagangan," kata Sofyan.

Jusuf Kalla mengakui relatif kecilnya nilai perdagangan di wilayah ini karena adanya kesamaan komoditi yang dimiliki tiga negara di wilayah ini.

"Kita punya komoditi yang sama. Sama-sama punya palm oil (kelapa sawit), punya karet, sehingga perlu ditingkatkan untuk sektor services (jasa) selain berjalan juga tourism dan investasi," kata Jusuf Kalla.

Dia berharap dengan berjalannya masyarakat ekonomi ASEAN akan lebih banyak lagi peningkatan pertumbuhan ekonominya karena masing-masing negara akan memperbaiki tingkat kompetititifnya dan efisiensi. (*)