Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur di Sumbar Naik

id Sumbar, Pertumbuhan, Industri, manufatur

Padang, (Antara) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di daerah itu naik 9,20 persen pada triwulan I 2015 melebihi angka nasional yang hanya tumbuh 5,05 persen.

"Ini disebabkan beberapa jenis industri mengalami pertumbuhan positif seperti makanan yang pertumbuhan produksi naik sekitar 13,60 persen, dan industri karet, barang dari karet dan plastik naik sekitar 0,88 persen, " kata Kepala BPS Sumbar Yomin Tofri di Padang, Selasa.

Menurut dia tidak hanya untuk skala besar dan sedang pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil juga tumbuh positif sebesar 0,70 persen pada triwulan I.

"Angka ini juga berada diatas nasional yang hanya tumbuh 0,64 persen pada triwulan I," ujar dia.

Ia menyebutkan beberapa jenis industri mikro dan kecil yang mengalami peningkatan produksi yang cukup tinggi antara lain industri kertas dan barang dari kertas naik sebesar 19,23 persen.

Industri barang galian bukan logam naik 14,37 persen dan industri karet, barang dari karet dan plastik naik sebesar 12,83 persen.

Sementara, Bank Indonesia Perwakilan Sumbar mencatat pertumbuhan industri pengolahan di daerah itu berjalan lambat dengan kontribusi yang terus menurun terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Kontribusi industri pengolahan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Sumbar relatif rendah dan berada di bawah rata-rata Sumatera yang berada pada angka 11 persen," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko.

Puji menyebutkan kontribusi industri pengolahan terhadap PDRB pada 2006 sebesar 12,9 persen, 2007 turun menjadi 12,8 persen, 2008 pada angka 12,8 persen, 2009 turun menjadi 12,7 persen dan 2010 turun pada angka 12,3 persen.

Selanjutnya, pada 2011 menjadi 12,1 persen, 2012 turun menjadi 11,9 persen, 2013 pada posisi 11,7 persen dan terakhir pada 2014 pada angka 11,5 persen, kata dia.

Mengacu pada angka tersebut dapat dikatakan dalam jangka waktu sembilan tahun terakhir terjadi "deindustrialisasi" atau turunnya pertumbuhan industri di Sumbar, ujar dia.

Ia mengatakan ini perlu menjadi bahan evaluasi bagi daerah karena terjadi perlambatan pertumbuhan industri.

Terpisah, Pengamat Ekonomi Universitas Andalas (Unand) Padang Syafrudin Karimi mengatakan industri pengolahan di Sumbar lebih banyak berada pada skala rumah tangga.

"Yang harus dikaji adalah bagaimana meningkatkan kapasitas bisnis sehingga industri pengolahan dapat meningkat," kata dia. (*)