Minyak Anjlok karena Dolar Menguat dan Aksi Ambil Untung

id Harga, Minyak, Dunia, Anjlok

Minyak Anjlok karena Dolar Menguat dan Aksi Ambil Untung

Ilustrasi. (Antara)

New York, (Antara/AFP) - Harga minyak global turun pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena dolar menguat didorong pengencangan data inflasi AS dan aksi ambil untung berat setelah harga minyak mentah naik selama dua hari berturut-turut.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, turun satu dolar AS menjadi berakhir di 59,72 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk Juli, acuan kontrak berjangka global, ditutup pada 65,37 dolar AS per barel di London, turun 1,17 dolar AS dari penyelesaian Kamis.

Departemen Tenaga Kerja melaporkan harga konsumen AS naik untuk ketiga bulan berturut-turut pada April. Minus pangan dan energi, indeks harga konsumen (IHK) "inti" naik 0,3 persen, kenaikan terbesar sejak Januari 2013.

Euro jatuh menjadi 1,104 dolar dalam perdagangan sore, dari 1,1112 dolar pada Kamis sore. Sebuah greenback yang kuat meningkatkan biaya minyak yang dihargakan dalam dolar.

"Dolar naik ... didukung angka IHK yang agak kuat, menekan harga minyak," kata Bob Yawger dari Mizuho Securities.

Juga mendukung dolar, Ketua Federal Reserve Janet Yellen menegaskan kembali bahwa rencana The Fed untuk menaikkan suku pada tahun ini tetap di jalurnya. Ia memperkirakan ekonomi membaik setelah melambat di kuartal pertama.

Yellen memperkirakan, The Fed menaikkan suku bunganya tahun ini jika ekonomi tetap di jalur untuk perkiraannya.

"Jika ekonomi terus membaik seperti yang saya harapkan, saya pikir itu akan sesuai di beberapa titik tahun ini untuk mengambil langkah awal menaikkan target suku bunga federal fund dan mulai untuk menormalkan kebijakan moneter secara bertahap," katanya.

Analis mengatakan bahwa pedagang juga tampak membukukan keuntungan menjelang liburan panjang akhir pekan; pasar ditutup pada Senin di Amerika Serikat dan di beberapa negara-negara Eropa, termasuk Inggris dan Prancis.

Data jumlah rig dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes AS yang dipantau secara ketat, turun hanya satu rig dalam satu pekan, menunjukkan mendekati berakhirnya pemotongan produksi oleh perusahaan-perusahaan minyak karena harga minyak stabil.

Jumlah rig "seharusnya mengukur kedalaman penurunannya", kata Matt Smith dari Schneider Electric. "Pada kenyataannya harga yang lebih tinggi hanya akan memberikan insentif produksi dan membantu kelebihan pasokan bertahan." (*)