Sepenggal Kisah Mahasiswa Asing untuk Indonesia

id Mahasiswa Asing

"Rasanya aku ingin kasih tahu dunia, kalau Indonesia negara yang indah dan aman," ucap Abid saat mengikuti acara penutupan program mahasiswa Darmasiswa 2015 di Kampus Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat, pada 23 Mei 2015.

Abid mahasiswa asal Arab Saudi ini mengaku bahwa penyataan tersebut terucap bukan tanpa alasan, mengingat pengalamannya selama ini saat menjadi mahasiswa di Indonesia.

Telah sembilan bulan lamanya pemuda berusia 20-an tahun itu menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi di Indonesia, yaitu Universitas Lampung (Unila) Kota Bandar Lampung.

Dia menjadi salah satu dari 707 mahasiswa asing dalam program beasiswa Darmasiswa.

Selama kuliah di universitas terbaik di Provinsi Lampung itu, mahasiswa asal kota Jeddah Arab Saudi tersebut banyak mendapat pengalaman yang beragam.

"People (orang, red) nya bagus, mereka ramah, dan makanannya very delicious (lezat, red)," imbuh Abid dengan bahasa campuran Indonesia dan Inggris serta logat Arab-nya.

Menurutnya masyarakat Indonesia khususnya di Lampung memiliki sifat murah senyum dan menghargai orang asing.

Hal ini dirasakannya seperti saat pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia tahun lalu.

Selain itu, kata mahasiswa program studi Bahasa Indonesia ini, masakan orang Indonesia memiliki kelezatan yang tiada tandingannya.

"Mencicipi makanan di Indonesia tidak ubahnya surga masakan," timpal Abid yang mengaku penggemar nasi goreng dan beberapa makanan khas Lampung tersebut.

Selama di Indonesia Abid juga mengaku bebas melakukan hubungan dengan berbagai teman yang memiliki latar belakang yang berbeda.

Selain itu, dia juga menyempatkan diri melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Indonesia, semisal Jakarta, Bandung, Bali, Jawa Timur.

Termasuk kedatangannya yang pertama bersama rombongan mahasiswa peserta program Darmasiswa lainnya ke Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

"Sayang sekali kalau ke Indonesia tidak datang ke tempat-tempat yang eksotik," ujar dia menambahkan.

Dari sekian banyak tempat yang dikunjungi, dia mengaku Pulau Bali dan Kota Bandung menjadi lokasi terbaik liburannya.

Pulau Bali menurutnya bukan hanya menawarkan keindahan alam dengan hamparan pantai atau deburan ombaknya saja, melainkan juga berupa suguhan kesenian dan budaya yang memikat semisal tari Kecak, atau Pendet.

Sedangkan Bandung, kata Abid, menawarkan jajaran kuliner dengan beragam rasa seperti halnya Peuyeum, Kupat Tahu, atau Surabi.

Di samping itu keramah-tamahan orang Sunda dalam menyambut orang luar, menjadikan Bandung sebagai salah satu kota favoritnya di Indonesia.

Bahkan, katanya, dia telah beberapa kali mengunjungi kota yang pernah dikenal dengan "Parijs van Java" itu.

"Tidak ada cuaca ekstrem di Indonesia, panas dan hujan datang silih berganti," kata Abid.

Hal ini, katanya, berbeda dengan negara asalnya di Arab Saudi yang memiliki cuaca panas dan dingin yang ekstrem.

Dengan banyaknya kesenangan dan keindahan yang ditawarkan, Abid mengaku sulit untuk meninggalkan negara Indonesia.

Bahkan, katanya, bila diizinkan, dia ingin meminta kepada negaranya untuk dapat lebih lama tinggal dan kuliah di Indonesia

"Its so difficult! berat rasaku pergi dari negara ini, sudah seperti rumah sendiri," ujar Abid.

Senada dengan Abid, mahasiswa Darmasiswa lainnya yang berasal dari Rusia Elena juga mengaku telah mencintai Indonesia.

"Masyarakat Indonesia sangat menghargai arti persahabatan dan kerukunan antarsesamanya," ujar Elena yang merupakan mahasiswi Universitas Muhammadiyah Makassar Sulawesi Selatan tersebut.

Menurutnya kehidupan antarumat beragama di Indonesia terlihat tidak memiliki batasan.

Mahasiswa asing seperti dirinya begitu nyaman mengikuti pengajian dan wirid bersama masyarakat muslim, atau mengikuti kegiatan ulang tahun dan perayaan natal bersama penganut kristiani.

Umat berbeda agama bersama penganut keyakinan lainnya hidup rukun saling berdampingan serta menghormati antarsesama, ujarnya menambahkan.

"Cukup mengherankan jika Indonesia disebut negara teroris dunia," kata Elena.

Dia mengaku sebelum memilih mengikuti program Darmasiswa dan kuliah di Indonesia, banyak keluarga dan sahabat melarangnya.

Sebagian besar alasannya, kata Elena, karena banyak informasi dari berita media yang menyebutkan bahwa Indonesia sarang teroris dan gembong narkoba.

Meskipun begitu berkat tekad dan keyakinannya Elena memberanikan diri terbang ke Indonesia, dan memilih Makassar sebagai tempat pendidikannya.

Setelah sembilan bulan berlalu, Elena bisa meyakinkan kepada keluarganya bahwa Indonesia aman dan terkendali.

"Indonesia memiliki kekayaan budaya, makanan dan keindahan alamnya," imbuh Elena yang mengaku telah memiliki kesan istimewa selama tinggal di Indonesia.

Menurutnya bisa mempelajari budaya dan bahasa Indonesia menjadi suatu kesan yang tak bisa terlupakan.

"Belajar dan mengucapkan lafal Bahasa Indonesia tidak sesulit yang dibayangkan, saya cukup bangga bisa mengatakannya," ucap Elena.

Sementara itu Perwakilan dari Biro Penyelenggara Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Ramli menyebutkan bahwa program beasiswa Darmasiswa ini merupakan suatu pemberian kesempatan bagi masyarakat negara lain untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Indonesia.

Para mahasiswa asing yang mendapat kesempatan kuliah ini merupakan hasil seleksi di negaranya dan ditempatkan di perguruan tinggi yang telah ditunjuk menjadi pembina Darmasiswa.

Selama mengikuti kuliah, para mahasiswa tersebut digabung bersama mahasiswa reguler lain pada tiap-tiap perguruan tinggi.

Masa kuliah mahasiswa tersebut beragam dari berkisar enam hingga sembilan bulan, imbuh Ramli.

Khusus untuk tahun ini, katanya, mahasiswa Darmasiswa tersebut berjumlah 707 orang dari 74 negara yang tersebar di 58 perguruan tinggi di berbagai daerah di Indonesia.

Mahasiswa Asing Duta Promosi Indonesia

Tujuan utama dari program Darmasiswa tersebut, ujar Ramli, yakni mengajak masyarakat dunia untuk mengenal segala potensi yang ada di Indonesia.

Oleh sebab itu, katanya, bidang yang menjadi fokus dalam program ini yakni Kebudayaan, Pariwisata, dan Tata Boga atau Kuliner.

Para mahasiswa asing ini pun melaksanakan kuliah di seputar tiga bidang tersebut.

"Tujuannya agar mahasiswa asing tersebut mengenal bahasa dan budaya nasional," ungkapnya.

Sebenarnya, tambah Ramli, pengadaan program Darmasiswa ini memiliki misi khusus yakni menjadikan mahasiswa asing yang kuliah tersebut sebagai duta yang akan mempromosikan segala hal tentang Indonesia di negaranya masing-masing.

Dengan pembinaan khusus dari para ahli dan dosen berpengalaman, para mahasiswa tersebut diajarkan untuk mengenal Indonesia dengan pendekatan yang "soft", artinya memberi kesempatan untuk bergaul dan membaur dengan masyarakat sekitar.

Dengan begitu, katanya, para mahasiswa ini akan merasakan dan mendapatkan pengalamannya masing-masing.

Pengalaman inilah diharapkan menjadi sebuah kenangan yang dapat menjadi bahan cerita di negerinya sepulang mereka menyelesaikan studinya di Indonesia, tandasnya.

Seperti yang telah dilakukan 707 mahasiswa Darmasiswa tahun ini, kesemuanya telah menyelesaikan perkuliahan selama sembilan dan enam bulan di perguruan tinggi masing-masing.

Untuk memberikan kesan yang tidak terlupakan, kata Ramli, pihak BPKLN "sengaja" mengadakan kegiatan penutupan sekaligus pelepasan para mahasiswa tersebut. Acara semacam ini berlangsung setiap tahun.

Pada tahun ini kegiatan tersebut dipusatkan di Sumatera Barat dengan Institut Seni Indonesia Padang Panjang dan Universitas Andalas Padang sebagai tuan rumah.

Pada acara penutupan tersebut, mahasiswa asing ini diuji kemampuan bahasa Indonesia-nya melalui ujian tertulis dan penampilan pidato.

Selain itu para mahasiswa tersebut juga diberikan kesempatan untuk menampilkan kemampuan seni dan budaya selama menimba ilmu di perguruan tinggi masing-masing.

"Dengan semua upaya tersebut, para mahasiswa asing ini diharapkan bisa menceritakan kisahnya selama di Indonesia kepada masyarakat di negaranya masing-masing," ucapnya. (*)