Greenpeace Gelar Aksi Dukung Energi Bersih

id Greenpeace, energi, bersih

Greenpeace Gelar Aksi Dukung Energi Bersih

Greenpeace. (Antara)

Pekanbaru, (Antara) - Sebanyak 25 orang aktivis lingkungan Greenpeace menggelar aksi mendukung energi bersih untuk atasi perubahan iklim di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Sabtu.

Kampanye damai itu sempat mengejutkan warga karena diawali dengan aksi "flash mob", dimana para aktivis terlihat seperti orang biasa yang menyebrang jalan saat lampu merah di Jalan Jenderal Sudirman tepat di depan kantor Gubernur Riau. Mereka secara tiba-tiba berhenti dan "mematung" di tengah jalan, sebelum akhirnya sejumlah aktivis lainnya datang dari arah berlawanan membawa poster dan kentongan bambu lengkap dengan topi caping khas petani.

Mereka tidak satu pun melakukan orasi dan hanya berdiri mengangkat poster bertuliskan pesan untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) diantaranya seperti "Jokowi, Listen to people stop dirty energy!" dan "Japan, stop your dirty investment, Go Renewable!".

Sementara itu, beberapa aktivis lainnya membentangkan spanduk di depan tugu Patung Zapin di tengah bundaran jalan protokol itu yang intinya meminta Pemerintah Indonesia untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang bisa merusak lingkungan dan memperparah pemanasan global.

Juru kampanye Media Greenpeace Indonesia, Zamzami Arlinus, mengatakan aksi damai tersebut bertujuan untuk menyerukan kepada Pemerintah untuk bangun dan beraksi atasi bencana global ini dengan beralih ke pengembangan energi terbarukan dan memperkuat kebijakan moratorium hutan.

"Aksi seperti ini digelar serentak di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Padang, Pekanbaru, dan Purwokerto," kata Zamzami.

Bahkan, ia mengatakan aksi kreatif itu adalah bagian dari "Global Day of Action" yang merupakan mobilisasi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia untuk menyerukan perlunya aksi mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim.

Ia mengatakan, saat ini pemerintah bermaksud mengembangkan program energi sebesar 35.000 mega watt namun 60 persen pembangkit tersebut berbahan bakar batubara. Hal ini menunjukan bahwa sampai 20 tahun ke depan Indonesia masih akan bergantung pada batubara sebagai sumber energi, padahal batubara adalah salah satu sumber energi fosil yang paling kotor dan penyebab perubahan iklim dengan dampak yang sangat merugikan.

"Sayang sekali pemerintah tidak mengembangkan potensi sumber energi terbarukan seperti geothermal, panas matahari dan angin. Cadangan geothermal di Indonesia mencapai 40 persen dari total cadangan dunia," katanya.

Ia mengatakan, khusus di Indonesia Greenpeace menyoroti rencana pembangunan PLTU Batang yang diklaim sebagai pembangkit listrik terbesar di Asia Tengara, namun berpotensi merugikan ribuan nelayan dan petani karena mata pencaharian mereka terancam hilang jika proyek itu jadi dibangun. (*)