Tanwir Muhammadiyah Tidak Akomodir Unsur Perempuan

id Tanwir, Muhammadiyah, Tidak, Akomodir, Unsur, Perempuan

Tanwir Muhammadiyah Tidak Akomodir Unsur Perempuan

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin (kiri) memberikan sambutan saat membuka Sidang Tanwir Muhammadiyah di kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (1/8). Sidang Tanwir Muhammadiyah tersebut memilih 39 calon sebagai pimpinan Muhammadiyah periode 2015-2020 yang akan diajukan dalam Sidang Muktamar Muhammadiyah pada 3-7 Agustus 2015. ( ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Makassar, (AntaraSumbar) - Hasil perhitungan Tanwir Muhamadiyah untuk calon formatur Pimpinan Pusat Muhammadiyah priode 2015-2020 tidak mengakomodir unsur keterwakilan perempuan dari Nasyiatul Aisyiyah sebagai sayap organisasi Islam tersebut.

"Tidak adanya unsur perempuan yang masuk dalam kepemimpinan inti di Muhammadiyah sama sekali tidak mengerdilkan arti kiprah gerakan sayap perempuan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah," Kata Ketua Nasyiatul Aisyiyah Norma Sari di Makassar, Minggu.

Menurut dia, adalah kemajuan positif sejak Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta, saat itu memasukkan salah satu unsur Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang kini menjabat Ketua Pimpinan Pusat `Aisyiyah secara ex officio.

"Mestinya ini dilanjutkan dan tetap adanya unsur perempuan di luar ex officio tersebut. Karena dalam sejarah Muhammadiyah perempuan pernah masuk dalam jajaran pimpinan seperti Siti Baroroh Baried," bebernya.

Kendati harapan ini tidak berlebihan mengingat sejak awal didirikan organisasi Muhammadiyah secara prinsip sangat mendorong kemajuan kaum perempuan, bahkan mendorong dan mensupport penuh peran perempuan untuk berkiprah lebih luas mengisi posisi jabatan publik.

Perempuan adalah mitra dalam Muhammadiyah, bukan kompetitor apalagi sekedar kanca wingking, " paparnya dengan nada kecewa .

Norma menyebut dari daftar nama 39 calon pimpinan tersebut tidak satupun nama perempuan yang lolos, padahal sejumlah nama kader terbaik Muhammadiyah dari unsur perempuan seperti Dra Hj Siti Noordjannah Djohantini, Rahmawati Husein, Dr Hj Isnawati Rais, dan Dra Dyah Siti Nuraini bisa diusulkan masuk.

"Realitanya bahwa semua bidang garap dakwah Muhammadiyah tetap perlu perspektif perempuan dan anak. Muhammadiyah juga tetap akan lebih ramah terhadap isu perempuan dan anak jika dalam jajaran kepemimpinannya ada unsur perempuan," ungkapnya.

Sejalan dengan tema Muktamar, kata dia, gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan.

Gerakan itu juga berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan. Namun kenyataannya ladang dakwah Muhammadiyah Indonesia maupun belahan dunia lainnya bagi perempuan masih diwarnai pembatasan.

"Kami bukan memaksakan keberadaan perempuan dalam organisasi inti muhammadiyah, tetapi agar gerakan berkemajuan semakin dekat dengan cita-cita yang dicapai salah-satunya soal perempuan dan anak," harapnya. (*)