Pemkab Bojonegoro Telusuri Jejak Mbah Suro

id jejak, mbah, suro

Pemkab Bojonegoro Telusuri Jejak Mbah Suro

Ilustrasi. Lubang Mbah Suro, Kota Sawahlunto, Sumbar. (FOTO ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra)

Sawahlunto, (AntaraSumbar) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, menelusuri jejak perjuangan pemimpin spiritual asal daerah itu, Samin Surosentiko atau dikenal dengan Mbah Suro ke Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

Ketua Koordinator tim penelusuran tersebut, Suyanto, di Sawahlunto, Rabu, mengatakan ia bersama tim beranggotakan enam orang ke kota itu, guna menindaklanjuti surat keputusan Bupati Bojonegoro yang memerintahkan timnya untuk menggali informasi tentang sejarah hidup tokoh pejuang itu selama menjalani masa pembuangan di Kota Sawahlunto sampai ia wafat dan dimakamkan.

"Penelitian ini juga berkaitan dengan upaya menghimpun bunga rampai sejarah perjalanan Kabupaten Bojonegoro sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini dalam bentuk buku," katanya.

Samin Surosentiko dibuang dan dipekerjakan sebagai buruh tambang oleh pemerintah kolonial Belanda ke Kota Sawahlunto.

Menurutnya, dari fakta-fakta sejarah yang berhasil dikumpulkannya sejak Selasa(4/8) hingga Rabu(5/8), cukup membuktikan bagaimana sosok pemimpin ajaran Saminisme atau lebih dikenal dengan "Kaum Samin" itu, memiliki pengaruh besar terhadap tumbuhnya kehidupan sosial bermasyarakat di Sawahlunto serta daerah asalnya, Bojonegoro.

Fakta itu, lanjutnya, masih terpelihara dengan baik oleh para penganut paham tersebut secara turun temurun hingga saat ini, dan sudah berkembang menjadi bagian dari budaya lokal daerah itu.

"Saat ini keturunan langsung Samin Surosentiko tercatat sekitar 100 kepala keluarga, dengan jumlah penganut aliran tersebut mencapai ribuan orang yang tersebar di seluruh tanah jawa," jelasnya.

Sementara itu, Bambang Sutrisno, anggota tim yang juga merupakan keturunan kelima Samin Surosentiko, mengatakan kedatangannya ke Sawahlunto didasari oleh keinginan kaumnya yang ingin mengetahui keberadaan makam leluhur mereka, yang sudah tidak diketahui lagi keberadaannya sejak berabad-abad silam.

"Setelah mendapatkan informasi tentang ditemukannya lokasi yang diduga sebagai makam leluhur kami di kota ini dari media massa dan media sosial, kami pun tergerak ingin melakukan penelusuran untuk mencari jejak sejarah beliau sekaligus memastikan kebenaran posisi makam tersebut," terangnya.

Ia mengatakan, semasa hidupnya sosok Samin Surosentiko atau juga dikenal nama Raden Kohar, adalah pemimpin dari kalangan bangsawan berdarah Majapahit yang gigih melawan kekejaman penjajah kolonial Belanda, sampai ia ditangkap dan dibuang ke pulau Sumatera untuk dipekerjakan sebagai buruh paksa.

Sebagai pemimpin spiritual, lanjutnya, Samin Surosentiko selalu menekankan pentingnya menjaga kejujuran, kerukunan, persaudaraan serta hidup bergotong royong. Ajaran tersebut sudah menjadi pakem yang harus dijalankan oleh oleh kaum samin.

"Perjuangannya yang paling fenomenal adalah sikap penolakan kaum samin untuk membayar pajak ke pihak kolonial Belanda, karena dianggap sangat memberatkan masyarakat, khususnya bagi para pengikut Samin Surosentiko yang berjumlah ribuan orang," jelasnya.

Sikap gigihnya itu, lanjutnya, menjadikan sosok Samin Surosentiko sebagai orang yang paling dicari untuk ditangkap dan dibuang oleh penjajah kolonial Belanda, agar perlawanan yang dipimpinnya itu bisa dipadamkan sebelum makin meluas.

"Kami terharu saat mengetahui bahwa leluhur sekaligus pemimpin kami ternyata juga dihargai sebagai tokoh pejuang di Kota Sawahlunto," katanya.

Samin Surosentiko atau lebih dikenal dengan sebutan "Mbah Suro", adalah salah satu buruh paksa yang dipekerjakan di lubang-lubang tambang batubara milik penjajah di Kota Sawahlunto.

Selama menjadi buruh paksa, Mbah Suro dikenal sebagai sosok pelindung dan pengayom kaum buruh paksa berjumlah ribuan orang dari berbagai wilayah nusantara.

Meskipun keberadaan makamnya yang masih simpang siur serta sejarah hidupnya yang masih diselimuti misteri, Pemerintah Kota Sawahlunto telah mengabadikan nama Samin Surosentiko menjadi nama salah satu objek wisata situs sejarah, Lubang Mbah Suro. (cpw7)