Pakan "Kapang Monascus" Dapat Kurangi Kolesterol Telur Puyuh

id Pakan, Kapang, Monascus

Padang, (AntaraSumbar) - Peneliti dari Fakultas Peternakan, Universitas Andalas (Unand) Padang Dr. Suslina Latif mengatakan kapang atau jenis jamur fermentasi "Monascus" dapat digunakan sebagai pakan untuk mengurangi kandungan kolesterol tinggi dalam telur puyuh.

"Kapang Monascus dicampurkan pada beberapa jenis bahan pakan limbah kemudian difermentasikan dan diberikan pada puyuh akan menghasilkan telur yang lebih rendah kolesterol," kata dia, di Padang, Senin.

Dia memaparkan kapang Monascus tersebut dicampurkan ke dalam bahan pakan berasal dari limbah agroindustri semisal ampas sagu, kulit umbi kayu, dedak dan ampas sagu

Setelah bercampur dalam bahan pakan tersebut kemudian didiamkan selama lebih kurang empat hingga delapan hari, pada proses ini kapang bertindak sebagai zat fermentasi.

Setelah selesai fermentasi , bahan dicampur dengan pakan puyuh semisal 511 kemudian diberikan kepada puyuh secara rutin pemberian hingga bertelur.

"Yang perlu menjadi perhatian dalam proses fermentasi pakan ini yakni dosis inokulum dan ketebalan substrat kapang serta komposisinya," katanya.

Sebagai contoh katanya dalam penelitian Doktornya dengan komposisi ampas sagu 60 persen ditambah 40 persen ampas tahu dengan ketebalan substrat kapang 1 cm.

Dimana campuran tersebut mengganti beberapa zat yang ada dalam pakan sehingga komposisinya 15 persen campuran limbah dan kapang serta 85 persen pakan puyuh 511.

Dari campuran tersebut didapatkan bahwa terjadi penurunan kandungan kolesterol kuning telur puyuh hingga mencapai 36,6 persen.

"Sejauh ini dilakukan dalam labor, namun secara konvensional dapat dilakukan masyarakat atau peternak dengan kondisi yang terbatas," ucapnya.

Dengan catatan prinsip dan tata caranya bisa mengikuti apa yang telah dipaparkan, imbuhnya.

Sementara itu seorang peternak ayam Sopian mengapresiasi adanya penggantian sebagian kecil dari pakan ternak tersebut.

Namun, katanya, jumlah komposisi tersebut belum bisa mengurangi biaya pakan keseluruhan.

Untuk itu dia berharap agar peneliti bisa mempertimbangkan masalah biaya tersebut. (*)