Harga TBS di Pasaman Rp500 Per Kg

id harga, tbs, pasaman

Lubuk Sikaping, (AntaraSumbar) - Sejumlah petani sawit di Kabupaten Pasaman mengeluhkan terus merosotnya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang menembus angka Rp500 per kilogram, dalam satu bulan terakhir.

Seorang petani sawit di Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman, Kaliangan (45), mengaku pusing dengan harga sawit yang terus anjlok, sehingga ekonomi keluarga terus menurun.

"Jangankankan untuk mengambil keuntungan dari hasil panen, untuk membayar upah buruh memanen saja saya sudah tidak sanggup, dan saya kurang tahu persoalan apa sebenarnya yang terjadi saat ini sehingga harga sawit begitu anjloknya," katanya saat ditemudi di ladangnya, Senin.

Ia menambahkan, selama ini dengan lahan sawit dua hektare dan harga Rp1.200 per kilogram, maka setiap bulannya ia mampu menghasilkan uang minimal Rp7 juta per bulan, namun sekarang hanya Rp750 per kilogram.

"Kalau kondisi harga saat ini, setiap bulannya hanya mampu menghasilkan sejuta, dua juta saja. Jumlah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga," katanya.

Kaliangan menjelaskan, sepekan menjelang Ramadan harga TBS sawit bahkan mencapai Rp1.20 per kilogram. Disaat Ramadan terjadi penurunan harga dikisaran Rp750 per kilogram, hingga sekarang ini.

"Kami (petani) berharap, ada perhatian pemerintah sehingga harga TBS sawit ini dapat meningkat lagi. Jika tidak, petani akan semakin menjerit karena hidupnya makin terjepit," katanya.

Sehubungan dengan itu, Anggota DPRD Kabupaten Pasaman, Suharjono, mengatakan, para petani di wilayahnya menjerit belakangan ini karena harga tandan buah sawit terus merosot hingga mencapai Rp500 per kilogram.

"Kami prihatin dengan nasib petani sawit bahwa harga terus menerus turun menyebabkan mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup," kata anggota DPRD Pasaman fraksi Partai Demokrat ini.

Menurut Suharjono, petani sawit yang memiliki lahan kurang dari satu hektar akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan hasil akibat keterbatasan TBS panen.

"Namun bagi pengusaha sawit tidak mengalami kendala akibat mereka memiliki modal cukup untuk mengolah sendiri hasil TBS," jelasnya.

Pihaknya sering mendapatkan informasi dari para petani termasuk ketika melakukan reses sehingga prihatin terhadap masalah tersebut.

Politisi Demokrat itu menambahkan, para petani makin kesulitan untuk memenuhi bahan kebutuhan karena harga terus menurun.

"Pemerintah hendaknya mencarikan solusi terbaik, secepat mungkin untuk mengatasi persoalan ini sehingga petani dapat menikmati hasil panen," katanya. (*)