Pakar: Limbah Agroindustri Potensi Gantikan Pakan Ternak

id pengganti, pakan, ternak

Padang, (AntaraSumbar) - Pakar ilmu Pakan Ternak Universitas Andalas (Unand) Padang Dr. Ade Djulardi mengatakan bahwa limbah agroindustri berpotensi gantikan sebagian komposisi bahkan keseluruhan pakan ternak terutama unggas.

"Sejauh ini telah ada penelitian beberapa limbah agroindustri semisal ampas tahu, biji alpukat, kulit kentang, ampas sagu, kulit umbi kayu dan jenis lainnya yang dijadikan bahan pengganti pakan," katanya, di Padang, Selasa.

Dia menyebutkan untuk menjadikan bahan pakan pengganti, kesemua limbah agroindustri tersebut perlu perlakuan.

Misalnya kombinasi ampas tahu dan ampas sagu dapat dijadikan sebagian komposisi bahan pengganti misalnya jenis 511 dengan melakukan fermentasi dengan bantuan jamur atau kapang.

Perlakuan ini dilakukan untuk mendapatkan senyawa atau zat yang serupa dengan bahan pakan biasa.

Namun bila tidak dilakukan hal tersebut maka limbah tidak bermanfaat karena zat yang terkandung di dalamnya sulit dicerna oleh tubuh ternak.

"Yang terpenting dalam menjadikan limbah tersebut untuk pakan yakni faktor bisa atau tidaknya dicerna oleh ternak," katanya.

Sebagai contoh biji alpukat bila ditumbuk kemudian dijadikan tepung lalu diberikan kepada ternak misalnya puyuh akan membahayakan pertumbuhannya.

Hal ini terjadi karena dalam biji alpukat terdapat kandungan tanin yang tinggi dimana tidak bisa dicerna oleh tubuh.

Untuk itu perlu dilakukan perlakuan semisal fermentasi atau penambahan zat tertentu agar dapat dicerna.

Contoh lain limbah ampas yang mengandung banyak serat kasar, perlu dilakukan fermentasi agar seratnya dapat tercerna oleh ternak.

"Saat ini memang belum banyak ditemukan penelitian yang berhasil mengganti kesemua komposisi pakan, sekalipun ada tentunya memerlukan biaya mahal dan rumit," ucapnya.

Meskipun begitu dengan menggali potensi limbah agroindustri sebagai pakan tersebut diharapkan dapat menjadi upaya untuk mendaur ulang sampah menjadi bahan bermanfaat, katanya.

Sementara itu salah seorang peternak Suwardi menilai bahan pakan yang dibuat para peneliti kampus belum merambah hingga pasar akibatnya sulit didapatkan.

"Produknya bermutu dan hemat namun bila sulit mendapatkannya tetap saja tidak bermanfaat untuk peternak,perlu ada sosialisasi yang lebih besar," katanya. (*)