Legislator: Pengembangan Pertanian Solusi Tingkat Perekonomian Masyarakat

id pengembangan, pertanian, peternakan

Padang, (AntaraSumbar) - Ketua Komisi II Bidang Ekonomi DPRD Sumatera Barat (Sumbar) Sabar mengharapkan pengembangan sektor pertanian dan peternakan bisa menjadi solusi peningkatan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.

"Terlebih Sumbar merupakan daerah yang kaya akan lahan subur. Maka dari itu pemerintah provinsi mesti fokus pada dua sektor ini," ujarnya di Padang, Rabu.

Ia mengatakan dua sektor tersebut bersingungan langsung dengan masyarakat. Hal ini juga merupakan ketahanan ekonomi yang harus dijaga kelangsungannya.

"Baik produktivitas, produksi, serapan anggarannya, dan sejauh mana dibutuhkan masyarakat," kata dia.

Ia menambahkan, kucuran dana juga perlu ditambah untuk meningkatkan infrastruktur, pembenahan program mesti jadi kajian semua pihak. Saat ini, jelas dia, total anggaran secara keseluruhan angaran untuk kedua bidang ini berkisar 10 persen dari total APBD Sumbar.

Sebagai kompenen utama, katanya, seharusnya peningkatan produksi pangan amat penting. Ini untuk menjaga nilai inflasi di Sumbar. Sumbar bisa mengandalkan keunggulan ini demi menjaga kestabilan ekonomi, terlebih saat ini nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar.

"Belajar dari krisis tahun 1998, memang sektor riil seperti pertanian ini sangat menopang masyarakat Sumbar dari serangan krisis. Jadi, ini perlu dibenahi terus, terlebih dengan ketidakpastian kondisi ekonomi dunia," katanya.

Sebagai komoditi utama, meningkatkan produksi beras akan menjaga nilai inflasi di Sumbar. Tak hanya itu, petani Sumbar juga bisa meraup uang lebih banyak dengan melakukan distribusi ke provinsi lain.

Ia menilai infrastruktrur pertanian terutama irigasi masih banyak yang belum memadai. Seperti temuan di lapangan, saat kunjungan kerja di Nagari Tanjuang Barulak, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar. Irigasi di sana yakni Batang Selo, tak berfungsi sehingga ratusan hektare sawah masyarakat gagal panen.

"Target kami menjaga swasembada pangan, khusus beras beberapa tahun terakhir surplus, tentunya bisa ditambah lagi. Jika petani sudah gagal panen, tentu target ini akan kendur. Saat ini 2,5 juta ton/tahun, mestinya bisa ditingkatkan lagi, jika sentral-sentral produksi mendapatkan infrastruktur yang baik. " jelasnya.

Sebelumnya, petani di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Agam mengalami kerugian ditaksir hingga Rp12,5 miliar. Ini akibat saluran irigasi mandek (tak berfungsi) yang berujung pada 500 hektare sawah gagal panen di daerah tersebut.

Padahal untuk swasembada pangan, seharusnya semua irigasi dalam kondisi baik, dan program-program mesti berjalan untuk mengedukasi masyarakat. Untuk irigasi Batang Selo, kata dia, perlu normalisasi dan perbaikan sendimen yang butuh anggaran provinsi.

"Agar salurannya berfungsi sebagai mana layaknya, ini yang mesti di'handle' dengan baik oleh dinas terkait. Untuk irigasi tersier ditangani oleh dinas pertanian provinsi dan kabupaten," tambahnya.

Selain itu, perlu juga pengawasan petugas pintu air, serta mengatur masa tanam agar air dapat diserap optimal. Ia menjelaskan, ada peluang baru untuk penambahan debit, namun menambah aliran baru. Rencananya memanfaatkan Batang Toba, namun untuk ini butuh anggaran Rp60 miliar.

"Untuk Batang Toba studinya sudah, namun untuk anggarannya butuh anggaran pusat, ini akan diusulkan, agar bisa ditangani secara komprehensif," katanya.

Saat ini luas lahan yang teraliri baru 3.000 hektare, jika debet bertambah maka lahan yang dialiri bisa jadi 5.000 hektare. (cpw2)