New York, (AntaraSumbar) - Harga minyak naik pada Rabu (Kamis pagi WIB) dalam sebuah rebound moderat dari aksi jual tajam setelah laporan minyak AS yang bervariasi menunjukkan peningkatan persediaan dan penurunan produksi minyak mentah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik 84 sen menjadi ditutup pada 46,25 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober berakhir pada 50,50 dolar AS per barel, meningkat 94 sen dari penutupan Selasa.
Pasar minyak berbalik tajam lebih rendah pada Selasa, menghentikan reli kuat selama tiga hari, setelah data manufaktur yang lemah dari Tiongkok dan Amerika Serikat lebih lanjut mempersuram prospek pertumbuhan permintaan di dua konsumen energi terbesar tersebut.
Peningkatan pasokan dan pertumbuhan permintaan lesu telah memicu penurunan curam harga minyak sejak pertengahan 2014, ketika minyak mentah diambil lebih dari 100 dolar AS per barel.
Para pedagang pada Rabu mempelajari dengan teliti laporan mingguan minyak AS terbaru dari Departemen Energi (DoE). Persediaan minyak mentah komersial naik 4,7 juta barel menjadi 455,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 28 Agustus, tinggal dekat tingkat tertinggi delapan dekade.
Peningkatan ini jauh lebih besar daripada 900.000 barel rata-rata perkiraan para ahli yang disurvei oleh Bloomberg News.
"Penumpukan tajam tak terduga mengingatkan para pedagang tentang pasokan berlebihan di AS, yang akan terus membebani harga untuk
masa mendatang," kata Fawad Razaqzada, seorang analis di Forex.com.
Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS kehilangan 0,4 juta barel menjadi 57,3 juta barel.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS turun 119.000 barel menjadi 9,22 juta barel per hari. Persediaan bensin turun 300.000 barel menjadi 214,2 juta barel.
"Persediaan minyak tampaknya tidak akan berkurang secara berarti dalam jangka pendek, karena tidak hanya musim mengemudi musim panas akan segera berakhir, tetapi juga ada pekerjaan pemeliharaan kilang biasa yang akan segera berlangsung, yang berarti melemahnya permintaan -- terutama untuk bensin," kata Razaqzada.
Analis Commerzbank menyoroti volatilitas ekstrim pasar.
"Indeks volatilitas untuk minyak mentah telah semua tapi dua kali lipat dalam dua minggu lalu dan mencapai level tertinggi sejak pertengahan Maret kemarin," kata mereka dalam sebuah catatan penelitian.
"Oleh karena itu hampir tidak mungkin untuk membuat prediksi terpercaya tentang kinerja harga jangka pendek saat ini -- memang prediksi tersebut hampir tidak memiliki bahkan separuh dari beberapa jam sekarang." (afp)
Berita Terkait
Lemak dan minyak penyumbang nilai ekspor terbesar Sumbar Rp1,5 triliun
Jumat, 1 Maret 2024 15:05 Wib
Pemkab Agam olah limbah plastik jadi bahan bakar minyak
Kamis, 22 Februari 2024 9:05 Wib
Pabrik pengolahan minyak sawit di Aceh Tamiang terbakar
Jumat, 16 Februari 2024 5:53 Wib
Polda Sumbar ungkap belasan kasus penyelewengan BBM bersubsidi
Sabtu, 3 Februari 2024 13:24 Wib
Harga CPO pada Februari 2024 naik 4,06 persen
Kamis, 1 Februari 2024 7:56 Wib
Kebakaran gudang penyulingan minyak jelantah di Klaten
Sabtu, 23 Desember 2023 10:40 Wib
Balai Karantina: Minyak kelapa sawit masih dominasi ekspor asal Sumbar
Sabtu, 25 November 2023 16:32 Wib
Andre Rosiade sarankan pemerintah revisi Perpres atur distribusi BBM
Rabu, 22 November 2023 21:50 Wib