Nelayan Tradisional Kesulitan Melaut Karena Asap

id Kesulitan Melaut Karena Asap

Padang, (Antara) - Nelayan tradisional yang tidak memiliki sistem navigasi di Padang, Sumatera Barat (Sumbar) mengeluhkan jarak pandang yang semakin menurun akibat asap, hingga mereka kesulitan melaut.

"Jarak pandang pada malam hari sangat pendek, hanya sekitar 20 meter. Dengan jarak ini, jika tidak sangat hati-hati, bisa terjadi tabrakan antara sesama biduk nelayan," kata Anto (43) salah seorang nelayan di patai Purus Padang, Kamis.

Meski cemas, dia mengaku terpaksa untuk tetap melaut karena itu adalah sumber utama pendapatan keluarga.

Hanya saja, menurutnya, dia bersama sebagian besar nelayan tradisional lain memutuskan tidak terlalu jauh ke tengah laut untuk menangkap ikan.

"Kita menangkap ikan hanya di sekitar bibir pantai," katanya.

Hal itu menurut dia, berpengaruh terhadap hasil tangkap nelayan yang berkurang.

Sementara itu, Kasi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Budi Samiadji di Padang, Kamis membenarkan bahwa kabut asap yang menyelimuti daerah itu hari ini kian pekat sehingga jarak pandang semakin pendek.

Menurutnya, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ketaping di Padangpariaman, Sumatera Barat (Sumbar) sumber asap berasal dari wilayah selatan Sumatera dan baru dapat hilang jika sudah turun hujan pada sumber panas.

Selain itu di Sumbar saat ini terdeteksi ada empat titip panas terdiri atas tiga titik di Kabupaten Dharmasraya dan satu titik di Kabupaten Solok Selatan.

Budi mengatakan pihaknya segera mengirim surat kepada pemerintah daerah untuk melaporkan kondisi yang ada agar segera diambil langkah-langkah antisipasi. (*)