Solok Selatan akan Bangun Gapura Objek Wisata

id Gapura Objek Wisata

Padang Aro, (Antara) - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga akan membangun gapura pada sejumlah objek wisata di daerah itu.

"Gapura akan dibangun di sekitar jembatan Koto Baru, Sungai Pagu, untuk kawasan Seribu Rumah Gadang, lalu di pintu masuk objek wisata 'Hot Water Boom' Sapan Maluluang, Pauh Duo," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Solok Selatan Doni Hendra di Padang Aro, Kamis.

Selain membangun gapura, imbuhnya, pada tahun ini juga akan dibangun plang-plang nama di kawasan istana raja yang ada di Solok Selatan. "Setidaknya plang ini dipasang pada istana raja di Sungai Pagu, Koto Parik Gadang Diateh, dan Sangir," katanya.

Sebelumnya Pemkab Solok Selatan mengalokasikan anggaran Rp580 juta untuk membangun plang nama raksasa di lima titik dengan ukuran besar sehingga bisa dilihat dari kejauhan.

Ukuran plang nama ini sebagai identitas pariwisata yang ada di Solok Selatan agar lebih mudah diingat wisatawan, kata Doni.

Titik pemasangan plang nama ini berada di Ulu Suliti Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tepat di pintu gerbang masuk kabupaten itu dengan tulis "Welcome to Solok Selatan Sarantau Sasurambi".

Sedangkan empat titik lagi yaitu di lokasi objek wisata Kawasan Seribu Rumah Gadang di Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu selanjutnya di lokasi pemandian air panas Hot Waterboom Sapan Maluluang, Kecamatan Pauah Duo.

Selanjutnya dua titik lagi di Kawasan kebun teh Mitra Kerinci dengan latar belakang gunung Kerinci serta di lokasi wisata air terjun Tangsi Ampek Kecamatan Sangir.

"Untuk plang nama yang paling besar berada di kebun teh dengan ukuran tinggi tulisan tiga meter dan lebarnya dua meter," sebutnya.

Wakil Ketua DPRD Solok Selatan, Armen Syahjohan meminta pemerintah setempat memperhatikan dan mengalokasikan anggaran untuk memperbaiki rumah gadang-rumah gadang milik masyarakat yang telah rusak.

"Seperti di Kawasan Seribu Rumah Gadang, banyak rumah adat yang rusak karena ditinggal pergi penghuninya. Pemkab semestinya bisa memberikan bantuan untuk merenovasinya tanpa menghilangkan bentuk aslinya karena itu bisa sebagai cagar budaya," katanya.

Rumah gadang tersebut, imbuhnya, bisa dikembangkan menjadi penginapan bernuansa tradisional namun berkelas internasional. Sehingga siapa saja pengunjung yang data terkesan dan bisa mempromosikan di daerahnya.

"Jika pengunjung tersebut merupakan wisatawan mancanegara, itu menjadi keuntungan kita karena mereka pasti akan kembali dan membawa teman atau familinya," katanya. (*)