Padang, (AntaraSumbar) - Badan Pusat Statistik Sumatera Barat mencatat nilai tukar petani di daerah itu naik 0,11 persen pada September 2015 dibandingkan Agustus.
"Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan pada 11 kabupaten di Sumbar, nilai tukar petani Agustus 2015 tercatat 96,97 dan pada September naik menjadi 97,08 ," kata Kepala BPS Sumbar Yomin Tofri di Padang, Kamis.
Ia menjelaskan nilai tukar petani diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga dibayar petani, yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.
Menurut dia, nilai tukar petani juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
"Semakin tinggi nilai tukar petani maka semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani," kata dia.
Ia menyebutkan nilai tukar petani September 2015 untuk subsektor tanaman pangan 94,02, subsektor hortikultura 95,92, subsektor tanaman perkebunan rakyat 93,96, subsektor peternakan 105,90, dan subsektor perikanan 107,57.
Menurutnya secara regional, di Sumatera Barat pada September 2015 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,50 persen disebabkan t deflasi pada kelompok bahan makanan 1,65 persen dan kelompok perumahan 0,12 persen.
Sementara, indeks harga yang diterima petani September 2015 turun 0,22 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari 115,54 menjadi 115,28.
Sedangkan Bank Indonesia perwakilan Sumbar mencatat pertumbuhan lapangan usaha pertanian di daerah itu melambat pada triwulan II 2015 yang hanya tumbuh 0,5 persen dibandingkan triwulan I mencapai 4,8 persen.
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan hasil produksi sublapangan usaha perkebunan tahunan yang memiliki kontribusi sebesar 27,5 persen dari total lapangan usaha pertanian, kata Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko.
Menurutnya sublapangan usaha perkebunan tumbuh negatif pada triwulan II 2015 sebesar -9,7 persen , turun signifikan dibandingkan triwulan I 2015 yang masih mencapai 1,6 persen .
Turunnya produksi tanaman perkebunan tahunan di Sumbar, khususnya karet disebabkan berkurangnya insentif petani dalam memproduksi hasil karet akibat pelemahan harga karet internasional, ujar dia. (*)
Berita Terkait
Rupiah Selasa pagi turun 7 poin menjadi Rp16.244 per dolar AS
Selasa, 23 April 2024 9:47 Wib
Rupiah Senin pagi naik 45 poin menjadi Rp16.215 per dolar AS
Senin, 22 April 2024 9:13 Wib
Rupiah Jumat pagi turun 84 poin menjadi Rp16.263 per dolar AS
Jumat, 19 April 2024 9:26 Wib
BI Sumbar: Penguatan dolar juga beri dampak positif terhadap ekonomi
Kamis, 18 April 2024 15:57 Wib
Rupiah Kamis pagi menguat 43 poin menjadi Rp16.177 per dolar AS
Kamis, 18 April 2024 9:15 Wib
Rupiah Kamis pagi turun menjadi Rp15.881 per dolar AS
Kamis, 28 Maret 2024 9:34 Wib
Rupiah Rabu pagi tergelincir jadi Rp15.722 per dolar AS
Rabu, 20 Maret 2024 9:14 Wib
Rupiah Senin pagi tergelincir menjadi Rp15.644 per dolar AS
Senin, 18 Maret 2024 9:13 Wib