New York, (Antara/AFP) - Harga minyak dunia memperpanjang kenaikan mereka pada Selasa (Rabu pagi WIB), mencapai tingkat tertinggi dalam satu bulan, di tengah harapan pengurangan kelebihan pasokan minyak mentah global.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, melonjak 2,27 dolar AS menjadi berakhir di 48,53 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, tingkat tertinggi sejak akhir Agustus.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, menetap pada 51,92 dolar AS per barel di perdagangan London, atau meningkat 2,67 dolar AS dari penutupan Senin.
John Kilduff dari Again Capital mengatakan bahwa laporan prospek energi jangka pendek terbaru dari Departemen Energi AS (DoE) pada Selasa tampak memicu reli.
"Mereka melihat produksi minyak turun 120.000 barel per hari pada September dibandingkan Agustus, jadi itu penurunan besar," kata Kilduff.
Untuk 2016, DoE memperkirakan produksi AS akan jatuh ke rata-rata 8,9 juta barel per hari, dari 9,2 juta barel pada 2015. "Ini jelas menarik perhatian pasar," katanya.
Pedagang sedang menunggu laporan mingguan DoE tentang persediaan minyak mentah komersial AS, indikator yang diawasi ketat untuk permintaan di negara konusmen utama dunia itu.
Laporan Rabu diperkirakan akan menunjukkan persediaan meningkat dua juta barel dalam seminggu hingga 2 Oktober, menurut survei Bloomberg News.
Harga minyak, yang jatuh pada Agustus ke posisi terendah enam tahun di bawah tekanan produksi global yang kuat, telah perlahan-lahan naik kembali.
"Harga minyak telah didukung oleh sejumlah faktor akhir-akhir ini, termasuk ... dolar AS yang sedikit melemah, getaran positif yang timbul dari rebound di pasar saham, dan tindakan militer Rusia di Suriah yang telah meningkatkan risiko sisi penawaran di kawasan Timur Tengah," kata analis Fawad Razaqzada di perusahaan perdagangan Gain Capital.
"Tetapi di atas semua, itu adalah harapan bahwa produksi minyak serpih AS akan segera mulai menyusut, membuat pasar minyak mentah lebih seimbang."
Kepala eksekutif Royal Dutch Shell, Ben van Beurden, menyatakan keyakinan yang hati-hati dalam "rebound" harga.
"Saya melihat tanda-tanda bervariasi pertama untuk pemulihan harga minyak," kata van Beurden pada acara tahunan Oil & Money di London.
"Tetapi dengan minyak serpih AS menjadi lebih bertahan daripada yang diperkirakan dan banyak minyak masih dalam persediaan, itu akan memerlukan waktu lama untuk menyeimbangkan permintaan dan pasokan." (*)
Berita Terkait
Pertamina cek kualitas BBM dua SPBU di Kota Padang
Jumat, 5 April 2024 19:12 Wib
Antisipasi tumpahan minyak di perairan Dumai
Rabu, 3 April 2024 21:19 Wib
Kilang Balikpapan tingkatkan kapasitas jadi 360 ribu barel
Minggu, 31 Maret 2024 11:46 Wib
Lemak dan minyak penyumbang nilai ekspor terbesar Sumbar Rp1,5 triliun
Jumat, 1 Maret 2024 15:05 Wib
Pemkab Agam olah limbah plastik jadi bahan bakar minyak
Kamis, 22 Februari 2024 9:05 Wib
Pabrik pengolahan minyak sawit di Aceh Tamiang terbakar
Jumat, 16 Februari 2024 5:53 Wib
Polda Sumbar ungkap belasan kasus penyelewengan BBM bersubsidi
Sabtu, 3 Februari 2024 13:24 Wib
Harga CPO pada Februari 2024 naik 4,06 persen
Kamis, 1 Februari 2024 7:56 Wib