Menikmati Kemudahan Layanan Bank Tanpa Kantor

id lakupandai

Menikmati Kemudahan Layanan Bank Tanpa Kantor

Direktur BRI Zulhefi Abidin (kanan) saat mencoba transaksi layanan keLayanan Keuangan Tanpa Kantor di Nagari Panyalaian, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar. (Foto Ikhwan wahyudi/antarasumbar).

Padang, (Antara) - Agaknya apa yang diramalkan pendiri Microsoft Bill Gate yang mengatakan banking is necessary, banks are not", yang kita perlukan bank tapi tidak dengan orangnya akan semakin mendekati kenyataan.

Pesatnya perkembangan teknologi telah melindas batas pemikiran tentang hal-hal yang selama ini mustahil dan tidak pernah terpikirkan oleh manusia.

Dalam beberapa tahun terakhir dapat disaksikan bagaimana layanan keuangan semakin mengerucut dalam bentuk kasat mata sehingga uang kartal tak lagi menjadi keharusan mengisi dompet.

Diperkirakan dalam 20 tahun ke depan profesi teller di bank hanya tinggal sejarah karena semua perannya telah tergantikan oleh mesin, ditunjang sistem informasi teknologi yang cukup menggunakan jari saja.

Sejak bulan Juni 2015, warga Jorong Tabu Baraia, Nagari Panyalaian, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat telah merasakan bagaimana berurusan dengan bank tak perlu lagi ke kantor, yang jaraknya lumayan jauh dari daerah mereka.

Sejak Bank Rakyat Indonesia meluncurkan layanan perbankan tanpa kantor yang dikenal dengan istilah Laku Pandai atau Layanan Keuangan Tanpa Kantor berupa BRIlink, warga tak perlu antre dan menempuh jarak hingga enam kilometer menuju kantor terdekat.

Agen BRILink setempat Syafrizal mengatakan penduduk sekitar banyak merantau, kalau kirim uang harus menempuh perjalanan enam kilometer ke bank dan harus antre.

"Dengan adanya layanan bank tanpa kantor masyarakat disini jadi terbantu, karena akses lebih mudah dan cepat," kata dia.

Ia cukup menyediakan tempat di warung miliknya dan segala kebutuhan transaksi mulai pembayaran tagihan, pembelian pulsa, transfer uang, penyetoran uang dan pengambilan uang dapat dilakukan.

Berbekal mesin gesek kartu yang disebut Electronic Data Capture (EDC) yang disediakan, kini warung sederhana miliknya telah menjelma menjadi bank yang siap melayani transaksi warga. Pada setiap transaksi ia akan mendapatkan fee sesuai dengan nominal transaksi yang dilakukan.

Hal itu diamini warga setempat Sutan Kayo yang merasakan bagaimana selama ini cukup dibuat repot ketika hendak mengambil kiriman uang dari anaknya di Jakarta.

"Biasanya habis waktu 1,5 jam ke ibukota kecamatan, sekarang tidak sampai 15 menit uang sudah ditangan," ucapnya.

Kini menurutnya cukup memberikan nomor rekening tujuan dan setelah uang dikirim anaknya Sutan segera menuju gerai milik Syafrizal guna mengambil uang.

Hal serupa juga dirasakan Rohana, jika sebelumnya ia harus datang ke kecamatan untuk mengirim uang pada adiknya kini cukup berjalan 200 meter sudah dapat melakukan transaksi.

"Lebih mudah, praktis dan cepat, sehingga bisa mengerjakan yang lain," ujarnya.

Direktur BRI Zulhefi Abidin pada saat peresmian Laku Pandai milik Syafrizal mengatakan BRILink memudahkan masyarakat melakukan transaksi keuangan, dalam rangka mendukung program pemerintah menekan angka kemiskinan.

Ia menjelaskan mekanisme layanan bank tanpa kantor dilakukan bekerja sama dengan agen untuk menempatkan penempatan mesin gesek kartu yang disebut Electronic Data Capture (EDC) BRI.

Mesin tersebut memiliki menu miniATM, sehingga agen dapat melayani masyarakat untuk bertransaksi keuangan seperti pembayaran tagihan, pembelian pulsa, transfer uang, penyetoran uang dan pengambilan uang tanpa perlu pergi ke bank, lanjut dia.

Ia memaparkan syarat umum menjadi agen BRILink adalah penduduk setempat yang telah dikenal baik oleh masyarakat dan dipercaya bank.

Kemudian memiliki usaha utama yang telah berjalan minimal dua tahun dengan lokasi usaha tetap serta memiliki rekening tabungan atau giro BRI yang dilengkapi kartu ATM/debit.

Selain itu, menempatkan sejumlah dana pada rekening tabungan atau giro untuk keperluan transaksi, ujar dia.

Ia menyebutkan jumlah agen BRILink di Sumatera Barat hingga Mei 2015 mencapai 976 agen, dengan jumlah transaksi 184.897 senilai Rp196 miliar.

BRI menargetkan hingga akhir 2015 akan merekrut sebanyak 50.000 agen BRILink di seluruh Indonesia, hingga pelosok dan wilayah perbatasan dengan total transaksi 52 juta yang memiliki nilai Rp 27,8 triliun.

Sementara Kepala Regional Otoritas Jasa Keuangan Sumatera Ahmad Syukro Tratmono mengatakan layanan Laku Pandai merupakan inisiatif untuk mewujudkan transaksi keuangan nontunai.

"Layanan ini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat khususnya yang jauh dari kantor bank," ujarnya.

Menurutnya OJK menargetkan sebanyak 17 bank di Tanah Air akan menyediakan layanan perbankan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif.

Saat ini baru enam yang sudah mendapat izin yaitu BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, BCA dan BTPN, pada tahun ini ditargetkan ada 17 bank kata dia.

Menurut Ahmad penyediaan layanan perbankan tanpa kantor merupakan upaya untuk membuka akses bagi seluruh lapisan masyarakat terutama di daerah yang sulit dijangkau bank.

"Ini akan lebih memudahkan masyarakat dalam bertransaksi dan tetap diawasi oleh OJK," kata dia.

Ia menilai salah satu kunci keberhasilan penyediaan layanan bank tanpa kantor adalah kesiapan peralatan teknologi.

Ahmad juga meminta pemerintah daerah mendorong terwujudnya layanan perbankan tanpa kantor dengan menyosialisasikan keberadaan Laku Pandai.





Pendekatan Budaya

Sementara Kepala Subbagian Otoritas Jasa Keuangan Sumatera Barat Mochammad Taufiq menyampaikan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap lembaga keuangan lebih banyak menggunakan pendekatan budaya.

Segmen yang dituju adalah alim ulama, cadiak pandai (kelompok terpelajar), dan niniak mamak (pemangku adat), kata dia.

Pada sisi lain ia melihat salah satu keunikan dari masyarakat Sumbar adalah menganut garis keturunan dari pihak ibu atau disebut matrilineal.

Oleh sebab itu pendekatan kepada kaum ibu juga dinilai penting karena mereka adalah pengatur keuangan rumah tangga di Sumbar, kata dia.

Ia mengatakan saat ini target minimal adalah masyarakat sadar akan uang dan dapat menggunakan secara benar dan baik.

Sejalan dengan itu Deputi Kepala Perwakilan OJK Sumbar Bob Haspian mengatakan tugas OJK adalah mendidik dan mengedukasi masyarakat bagaimana mengelola keuangan dengan baik.

Jangan sampai ada besar pengeluaran daripada pemasukan karen tergiur kemudahan peminjaman kredit dari lembaga keuangan, ujar dia.

Ia menceritakan saat memberikan pelatihan kepada jajaran pegawai pernah bertanya soal suku bunga bank namun tidak satu pun yang paham.

"Karena mayoritas pegawai meminjam ke bank saya tes jika bunga 13,5 persen maka berapa harus dibayar per bulan? ternyata tidak ada yang tahu," lanjutnya.

Oleh sebab itu perlu edukasi agar masyarakat dapat menggunakan jasa lembaga keuangan yang memberi manfaat untuk semua, ujarnya.