Pelestarian Kesenian Tradisi Bisa Tangkal Paham Radikal

id senitradisitangkalpahamradikal

Sawahlunto, Sumbar 24/1(Antara) - Usaha pelestarian kesenian tradisi oleh kelompok seni budaya dapat menangkal berkembangnya paham radikal di kalangan generasi muda.

"Pada dasarnya, dalam sebuah seni tradisi selalu mengandung nilai-nilai luhur dan pesan keteladanan yang coba disampaikan oleh para seniman dan pujangga nusantara. Kalau hal itu dihayati dengan baik, bisa menumbuhkan karakter kebangsaan yang kuat di kalangan generasi muda Indonesia," kata Ketua Paguyuban Paguyuban Sapujagad, Iwan Dharmawan di Sawahlunto, Minggu.

Menurutnya, karakter itulah nantinya yang mampu menjadi benteng kuat bagi mereka, ketika ada upaya pihak lain merangkul dan mengajak mereka untuk melakukan tindakan-tindakan yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.

Ia mengatakan, selama beberapa tahun belakangan pihaknya selalu mencoba untuk mengenalkan budaya-budaya nusantara kepada seluruh anggota paguyuban tersebut, yang didominasi oleh anak muda kota itu.

Selain belajar tentang seni tradisi, lanjutnya, paguyuban tersebut juga mengadakan kegiatan-kegiatan diskusi dengan menghadirkan unsur tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat di daerah itu sebagai narasumber.

"Sehingga muatan terkait kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara yang sudah membudaya dalam tatanan sosial kemasyarakatan masyarakat nusantara, bisa terus dilestarikan sebagai prinsip utama dalam mempertahankan seni tradisi yang ada," kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Sawahlunto yang juga merupakan salah satu pembina paguyuban tersebut, Hasjhonni, mengaku sangat mengapresiasi upaya yang telah dilakukan oleh seluruh generasi muda yang tergabung dalam Paguyuban Sapujagad.

"Menjadikan sarana pelestarian seni tradisi budaya nusantara sebagai pembentukan karakter generasi penerus, bisa dikatakan sebuah langkah yang cerdas dan patut dijadikan salah satu upaya dalam memerangi penyebaran paham radikal oleh kelompok-kelompok tertentu," kata dia.

Karena, lanjutnya, jika disimak dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia ketika masih menjadi kumpulan wilayah-wilayah kerajaan, seluruhnya dikenal sebagai kelompok masyarakat yang beradab dan cinta damai serta kaya akan keragaman adat istiadat.

Wilayah kerajaan tersebut dalam perkembangannya justru mampu tumbuh dan berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan serta penyebaran agama besar dunia.

"Di Indonesia kita mengenal ada beberapa lokasi yang diketahui pernah menjadi bandar-bandar besar pusat perdagangan sekaligus pusat peradaban keagamaan seperti Kerajaan Singosari, Majapahit, Sriwijaya, Samudera Pasai, Pagaruyung, Makasar, Ternate, Tidore dan lain sebagainya," jelas dia.

Menurutnya, sejarah telah membuktikan bagaimana rasa kebersamaan dan hidup berdampingan dalam perbedaan keyakinan serta adat istiadat, mampu berbaur menjadi satu dalam struktur kemasyarakatan bangsa Indonesia.

Hal itu jelas bertentangan dengan pendapat kelompok-kelompok penganut paham radikal, yang cenderung menganggap orang-orang diluar kelompok mereka adalah musuh yang harus dihancurkan.

"Mereka mungkin lupa dengan keteladanan yang diajarkan oleh Rasulullah ketika melahirkan hukum konstitusi pertama didunia yakni Piagam Madinah, yang justru menyerukan kewajiban memelihara persaudaraan dalam perbedaan agama dan keyakinan," kata dia.*