Banjir Memupus Harapan Petani Solok Selatan

id Banjir Pupus Harapan Petani Solsel

Banjir Memupus Harapan Petani Solok Selatan

Seorang anak bermain di hamparan bekas sawah yang terendam air daerah Bomas, Nagari Bomas, Kecamatan Sungai Pagu, Solok Selatan, pascabanjir bandang yang melanda daerah itu pada Senin (8/2). (ANTARA SUMBAR/Joko Nugroho)

Jumadi (50) hanya bisa terpaku menyaksikan sawah yang menjadi tumpuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kini terendam banjir.

Sawah seluas 2,5 hektare miliknya itu rata dengan lumpur bercampur bebatuan dan kayu-kayu yang dibawa luapan air Sungi Batang Bangko. Padi yang semestinya sudah bisa dipanen pada Selasa (9/2), tak lagi bisa diselamatkan.

Ia mengetahui sawahnya menjadi sasaran amukan Batang Bangko ketika akan melakukan evakuasi enam orang warga Sungai Duo, Nagari (Desa Adat) Luak Kapau, Kecamatan Pauh Duo, Solok Selatan, Sumatera Barat, yang terjebak saat banjir bandang itu melanda.

"Saat itu, saya bersama warga ingin mengevakuasi enam orang yang terjebak banjir. Melihat sawah saya, tak tahu lagi apa yang mesti dikata. Sawah tersebut sudah tak terlihat lagi karena sudah hancur diterpa banjir," tutur Kepala Jorong (dusun) Sungai Duo ini.

Meskipun ia memiliki kebun karet yang masih bisa dijadikan harapan, namun dengan harga terus anjlok, yakni Rp4.000 per kilogram, dirinya mesti berpikir untuk mencari pekerjaan sambilan selain mengandalkan gaji sebagai kepala jorong.

"Istri saya juga ikut membantu perekonomian keluarga dengan menjadi buruh kebun teh di Uberta, tapi tidak mungkin saya hanya mengandalkan itu," katanya ketika ditemui di Kantor Wali Nagari Luak Kapau.

Anaknya yang berjumlah empat orang, tiga di antaranya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. "Anak saya empat, satu sudah selesai kuliah, satu masih kuliah, satu di SMA dan yang paling kecil di SMP. Seandainya biaya kuliah bisa diangsur, saya tidak akan malu untuk melakukannya," katanya.

Sementara Wali Nagari Luak Kapau Syahibul Izar mengatakan sawah milik warganya yang berada di sepanjang pinggir Sungai Batang Bangko rata dengan lumpur bercampur bebatuan dan kayu.

"Saya tidak memiliki data pasti berapa hektare sawah warga yang rusak parah akibat banjir bandang itu, namun diperkirakan mencapai ratusan hektare," katanya.

Tidak hanya di Sungai Duo, sawah warga di jorong (dusun) lainnya juga terkena amukan Batang Bangko tersebut, semisal di Jorong Batu Bajarang, Janjang Kambiang, Pinang Sinawa dan Ujung Jalan. "Di Batu Bajarang, sawah di sepanjang pinggiran sungai habis, bahkan air sudah sampai ke permukiman warga," katanya.

"Sawah yang terdampak langsung itu ada yang baru tanam, bahkan ada yang akan dipanen," katanya.

Ia meminta pemerintah setempat untuk segera melakukan normalisasi sungai, karena ratusan warganya saat ini terancam jika hujan turun dan banjir kembali melanda. "Ada beberapa titik yang minta segera dinormalisasi karena sudah mengancam permukiman warga," katanya.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Solok Selatan Del Irwan menyebutkan banjir bandang yang terjadi pada Senin sekitar pukul 02.00 WIB itu merendam dan merusak 865 hektare sawah masyarakat.

Sawah warga yang banyak rusak berada di Kecamatan Pauh Duo seluas 276 hektare, kemudian Sungai Batanghari 180 hektare, Sangir Jujuan 169 hektare, Sangir 127 hektare dan Sungai Pagu 111 hektare.

"Dari luas sawah yang ikut diterjang banjir, 835 hektare puso. Sementara yang bisa ditanami kembali cuma sekitar 100 hektare," katanya.

Ia menyebutkan sawah tidak bisa ditanami kembali itu karena sudah tertutup lumpur yang bercampur dengan bebatuan. "Nanti sawah yang rusak ini kami laporkan ke Kementerian Pertanian. Untuk langkah selanjutnya, kami menunggu petunjuk dari pemerintah pusat dan provinsi, karena pemkab tidak memiliki dana," ujarnya.

Sementara jika akan dilakukan rehabilitasi, katanya, akan membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan alat berat yang tidak hanya satu atau dua unit.

Salah satu pilihan agar lahan-lahan tersebut tidak menganggur, katanya, yakni memberikan bibit jagung, kacang atau tanaman palawija lainnya secara gratis sehingga lahan tersebut tetap produktif.

Ia memastikan kerusakan yang dialami ini akan mempengaruhi pencapaian target produksi gabah kering panen daerah itu sebanyak 139.000 ton pada tahun ini dengan luas sawah 9.540 hektare.

Solok Selatan, yang berjarak sekitar 135 kilometer dari Kota Padang, merupakan salah satu lumbung padi di Sumatera Barat. Daerah itu juga menjadi salah satu adalan Sumbar dalam upaya pencapaian program nasional swasembada pangan.

Hamparan sawah yang selama ini menguning ketika padi telah ranum di sepanjang Sungai Batang dari Pinang Sinawa, kini hanya tampak bentangan lumpur yang menutupi areal persawahan. Pemandangan ini bisa dilihat dari daerah Kepala Koto, Benteang, Nagari Koto Baru.

Pemandangan serupa juga akan ditemui di daerah hingga di Bomas, Kecamatan Sungai Pagu yang tak jauh dari Jembatan Kuning Koto Baru.

Selain merusak tanaman padi, katanya, banjir terbesar yang terjadi di Solok Selatan sejak 20 tahun itu juga membuat 4 hektare kolam miliki masyarakat jebol.

Tanaman jeruk yang berada di sepanjang sungai seluas 18 hektare juga turut diporakporandakan oleh amukan air bah. "Jeruk yang paling banyak rusak di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu seluas 10 hektare, sisanya di Pauh Duo 8 hektare dan Sangir 1 hektare," katanya.

"Total kerugian di bidang pertanian dari musibah ini mencapai Rp31 miliar," katanya.

Anggota Komisi IV DPR RI dari Daerah Pemilihan Sumbar Hermanto mendesak pemerintah segera memulihkan kembali ribuan hektare lahan pertanian di Sumbar yang rusak akibat banjir.

"Sumbar merupakan daerah yang berhasil melaksanakan swasembada beras. Badan Pusat Statistik mencatat 15,49 persen beras daerah itu didistribusikan ke luar daerah, karena itu lahan rusak harus segera dipulihkan," kata dia.

Menurutnya lahan pertanian yang rusak akibat banjir berada di Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sebagai apresiasi atas keberhasilan swasembada, pemerintah harus cepat memulihkan lahan pertanian yang rusak akibat banjir begitu air surut, ujarnya.

Ia menyampaikan banjir yang merendam telah mengakibatkan tanaman puso, pematang rusak, irigasi rusak dan tidak berfungsi akibat timbunan lumpur.

"Irigasi primer dan sekunder yang tertimbun lumpur, apalagi sudah memadat, akan sangat sulit dipulihkan oleh petani. Untuk memperbaikinya perlu campur tangan pemerintah dengan mengirimkan alat berat kesana," tuturnya.

Ia mengatakan untuk mencapai dan menjaga swasembada pangan, menurutnya, tidak saja dilakukan dengan menambah prasarana dan sarana pertanian baru tetapi juga memulihkan prasarana dan sarana pertanian yang rusak.

Hermanto menambahkan bukan hanya di Sumbar lahan pertanian di daerah-daerah lain yang rusak akibat banjir belakangan ini, juga harus dipulihkan segera setelah banjir surut untuk mencapai swasembada pangan.

Banjir Bandang

Kabupaten yang berada di perbatasan Kerinci, Provinsi Jambi ini, pada Senin (8/2) dilanda banjir bandang akibat luapan sejumlah sungai, seperti Sungai Batang Bangko, Batang Suliti, Batang Pulakek, Batang Sangir, Batang Liki dan Batang Lolo.

Sesuai data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan, banjir yang terjadi sekitar pukul 02.00 WIB itu merendam sekitar 2.000 rumah di Kecamatan Pauh Duo dan Sungai Pagu sekitar lebih dari satu meter.

Derasnya air sungai juga menyebabkan tujuh jembatan gantung dan empat jembatan permanen rusak. Banjir tersebut juga merusak 12 jaringan irigasi di lima kecamatan, lalu 40 rumah rusak berat.

Jalan negara juga mengalami terban sepanjang 250 meter di tiga titik di Sangir dan Pauh Duo dan jalan kabupaten sepanjang 100 meter putus akibat terjangan air bah.

"Untuk kerugian ditaksir sudah mencapai Rp103 miliar," kata staf bidang Rehab/Rekon BPBD Solok Selatan, Irda Hendri.