Jakarta, (AntaraSumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) pada triwulan I 2016 naik 4,08 persen terhadap triwulan I 2015 yang dipengaruhi oleh naiknya produksi industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional.
"Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya produksi industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional sebesar 10,50 persen," kata Kepala BPS Suryamin, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Suryamin mengatakan, selain adanya kenaikan produksi dari industri tersebut, juga ada kenaikan dari industri barang galian bukan logam sebesar8,58 persen dan juga industri logam dasar sebesar 7,61 persen. Sementara industri yang mengalami penurunan produksi adalah industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 10,85 persen.
"Selain itu, yang mengalami penurunan pada triwulan I 2016 dibandingkan dengan triwulan I 2015 adalah industri peralatan listrik dan industri pakaian jadi sebesar 9,97 persen," kata Suryamin.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I-2016 terhadap triwulan I 2015, pada tingkat provinsi yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara, naik 14,11 persen, Provinsi Riau, naik 13,66 persen, dan Provinsi D.K.I Jakarta, naik 12,83 persen.
Sementara provinsi-provinsi yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah Provinsi Papua Barat, turun 5,93 persen, dan Provinsi Banten, turun 0,96 persen.
Namun, jika dibandingkan dengan triwulan IV 2015 (q-to-q), Suryamin menjelaskan, produksi IBS pada triwulan I 2016 mengalami penurunan sebesar 1,41 persen. Jenis-jenis industri yang mengalami penurunan produksi pada periode tersebut adalah industri pengolahan tembakau sebesar 9,99 persen.
Selain itu, lanjut Suryamin, penurunan juga terjadi pada industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 7,66 persen serta industri kertas dan barang dari kertas sebesar 5,73 persen. Sementara untuk industri yang mengalami kenaikan adalah industri kayu, barang dari kayu dan gabus tidak termasuk furnitur dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya naik 5,60 persen.
"Kenaikan juga terjadi pada industri logam dasar sebesar 3,76 persen dan industri alat angkutan lainnya sebesar 3,51 persen," kata Suryamin.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I-2016 q-to-q pada tingkat provinsi, yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat, naik 2,53 persen, Provinsi Papua, naik 2,50 persen dan Provinsi D.I.Y Yogyakarta 2,21 persen.
Provinsi-provinsi yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah Provinsi Bali, turun 7,32 persen, Provinsi Riau, turun 6,69 persen dan Provinsi Lampung, turun 6,25 persen. (*)
Berita Terkait
Produksi migas PHKT
Rabu, 27 Maret 2024 15:57 Wib
Produksi kue kering lebaran
Selasa, 26 Maret 2024 15:48 Wib
Kelompok ternak di Agam manfaatkan pakan alternatif tingkatkan produksi telur
Rabu, 13 Maret 2024 15:58 Wib
Disuplai Listrik PLN, Pabrik Jagung milik Pemprov Sumbar kini mampu produksi hingga 50 ton per hari
Selasa, 5 Maret 2024 10:08 Wib
Produksi kerajinan batu bara Sawahlunto
Senin, 4 Maret 2024 15:34 Wib
Pacu produksi, Bupati Pesisir Selatan minta penyuluh ekstra dampingi petani
Senin, 4 Maret 2024 9:38 Wib
Produksi ikan tangkap Pariaman 2023 capai 6 ribu ton
Kamis, 29 Februari 2024 15:40 Wib
Produksi ikan di Agam capai 30.660,68 ton selama 2023
Jumat, 9 Februari 2024 10:28 Wib