Padang, (Antara) - Badan Pusat Statistik Sumatera Barat mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di wilayah itu pada triwulan pertama 2016 mengalami penaikan sebesar 9,77 persen atau di atas nasional sebesar 4,08 persen.
"Positifnya pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Sumbar pada Triwulan I 2016 disebabkan beberapa jenis industri mengalami pertumbuhan produksi yang cukup tinggi," kata Kepala BPS Sumbar Dody Herlando di Padang, Rabu.
Ia menyebutkan pertumbuhan industri makanan mengalami penaikan sebesar 11,74 persen; industri barang galian bukan logam naik 6,86 persen; dan industri karet, barang dari karet, dan plastik naik sekitar 1,01 persen.
Akan tetapi, lanjut dia, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang Sumbar pada Triwulan I 2016 tumbuh 0,95 persen atau mengalami pertumbuhan negatif jika dibandingkan dengan Triwulan IV 2015 yang mencapai 1,77 persen.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil Sumbar pada Triwulan I 2016 menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 8,74 persen, sedangkan untuk tingkat nasional sebesar 5,91 persen.
Dody menyebutkan beberapa jenis industri manufaktur mikro dan kecil yang mengalami peningkatan cukup tinggi, yaitu industri barang logam, bukan mesin, dan peralatan naik sebesar 45,14 persen; industri furnitur naik 28,35 persen; industri kertas dan barang dari kertas naik 25,31 persen; industri minuman naik 24,13 persen; dan industri barang galian bukan logam naik 24,08 persen.
Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Sumbar Jefrinal Arifin mengemukakan industri manufaktur di provinsi tersebut masih terbatas dibanding jenis industri lainnya.
"Belum terlihat potensi dari industri manufaktur di Sumbar dan lebih mengandalkan usaha menengah masyarakat," katanya.
Menurut dia, terbatasnya industri manufaktur itu disebabkan potensi sumber daya alam dan manusianya tidak sebaik di daerah lain.
"Bahkan, setelah pemprov melakukan secara maksimal pengembangan, hasilnya tidak sebaik sektor lainnya," katanya.
Meski memiliki industri semen yang relatif cukup besar, yakni Semen Padang, kata dia, secara keseluruhan industri manufaktur di Sumbar masih sulit berkembang. (*)
Berita Terkait
BI: TPID harus bekerja keras kendalikan inflasi Sumbar
Kamis, 4 April 2024 11:15 Wib
BPS pastikan Sumbar tidak miliki hubungan dagang dengan Israel
Selasa, 2 April 2024 3:48 Wib
BPS jelaskan penyebab inflasi Pasaman Barat capai 5,90 persen
Senin, 1 April 2024 16:02 Wib
Kemenkumham Sumbar-BPS Sumbar Gelar Evaluasi Pelaksanaan SPAK-SPKP
Jumat, 15 Maret 2024 20:39 Wib
Kanwil Kemenkumham-BPS Sumbar Evaluasi Pelaksanaan SPAK-SPKP
Jumat, 15 Maret 2024 11:57 Wib
Bank Indonesia: Inflasi Sumbar masih terkendali melalui kinerja TPID
Sabtu, 2 Maret 2024 14:40 Wib
Wisatawan asal Malaysia dominasi kunjungan ke Sumatera Barat
Sabtu, 2 Maret 2024 5:26 Wib
Sumbar impor bahan bakar mineral senilai Rp479 miliar
Sabtu, 2 Maret 2024 5:26 Wib