Ekonomi Sumbar Triwulan I Tumbuh 5,48 Persen

id Sumbar, Ekonomi, Tumbuh

Padang, (AntaraSumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat ekonomi provinsi itu tumbuh 5,48 persen pada triwulan I 2016.

"Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali lapangan usaha pertambangan dan penggalian terkontraksi sebesar 3,51 persen," kata Kepala BPS Sumbar Dody Herlando di Padang, Kamis.

Menurut dia, penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 11,09 persen, diikuti informasi dan komunikasi sebesar 10,52 persen dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial 9,84 persen.

Struktur perekonomian Sumbar, menurut lapangan usaha triwulan I 2016 didominasi tiga kategori utama yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan 24,31 persen, perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil, sepeda motor 15,19 persen dan transportasi serta pergudangan 12,06 persen, katanya.

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I, sumber utama adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,20 persen, perdagangan besar eceran dan reparasi mobil sepeda motor sebesar 1,08 persen dan informasi serta komunikasi 0,69 persen, katanya.

Ia menyampaikan ekonomi Sumbar triwulan I 2016 terkontraksi 0,56 persen dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh beberapa lapangan usaha yang dominan di Sumbar seperti jasa kesehatan dan kegiatan sosial terkontraksi 7,13 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan dan pengadaan listrik dan gas sebesar 4,81 persen.

Sementara Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko menilai investasi punya kontribusi besar dalam peningkatan pendapatan domestik regional bruto (PDRB) namun pertumbuhannya melambat setiap tahun sehingga berdampak pada perlambatan ekonomi Sumbar.

Ia menyebutkan pada 2011 pertumbuhan investasi Sumbar mencapai 11,08 persen, 2012 tumbuh 6,40 persen, 2013 tumbuh 4,62 persen, 2014 tumbuh 5,23 persen dan 2015 hanya 4,34 persen.

Stagnannya investasi di Sumbar juga tercermin dari kredit investasi yang relatif kecil dibandingkan kredit konsumsi serta melambatnya kredit investasi, ujar dia.

Puji menyebutkan pada 2014 kredit investasi hanya 20,8 persen sementara kredit konsumsi mencapai 44,1 persen dan pada 2015 kredit investasi hanya 20,8 persen sedangkan kredit konsumsi mencapai 43,5 persen.

Kondisi tersebut, lanjut dia, juga tercermin dari realisasi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri yang cukup kecil.

Pada 2015 pangsa penanaman modal dalam negeri Sumbar hanya lima persen, sementara Riau mencapai 36 persen, sementara penanaman modal asing Sumbar hanya dua persen dan Riau 27 persen, lanjutnya.

Ia menilai ada beberapa kendala yang menghambat investasi di Sumbar yaitu letak geografis, kondisi rawan bencana, persoalan lahan, daya saing rendah serta infrastruktur dan perizinan yang belum memadai. (*)