Belajar Kemandirian Hidup Dari Pria Tanpa Tangan

id kemandirian

 Belajar Kemandirian Hidup Dari Pria Tanpa Tangan

Penyandang Disabilitas, Ujang (46) menggunakan sendok yang dimodifikasi untuk makan dan minum, di Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, Selasa (20/10) malam. Ujang yang kehilangan tangan akibat tersengat listrik itu mencoba mandiri tanpa tangan palsu dengan tetap melakukan aktivitas sehari-hari dan berwirausaha. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ama/15)

Padang, (Antara) - Pagi itu aroma wangi secangkir kopi panas yang terhidang di meja tercium samar memenuhi ruang depan rumah sederhana Anasri di Jalan Bocah Lubuk Buaya Padang.

Usai mandi pagi, pria yang sejak 2013 kehilangan kedua tangannya akibat sengatan listrik hingga harus diamputasi mulai menyeruput kopi buatan istri tercintanya Ade.

Perlahan menggunakan kedua ujung lengan yang hanya tersisa 15 centimeter, ia menuang kopi ke piring kecil. Memakai alat khusus yang dimodifikasi menyerupai tangan bajak laut Jack Sparoow dalam film Pirates of Caribbean, namun ujungnya adalah sendok makan.

Alat itu ia sorongkan ke ujung lengan, perlahan pria yang akrab disapa Ujang itu mulai menyendok kopi yang ada dalam piring.

Tak kurang dari Rp2 juta harus ia keluarkan untuk mendesain alat itu kepada pembuat periuk. Selama dua bulan hingga 28 kali alat itu dibuat ulang hingga akhirnya benar-benar pas seukuran lengan kanannya.

Bahkan pembuatnya sudah bosan dan mengatakan tidak bisa, namun Anasri tetap yakin akan berhasil.

"Alhamdulillah dengan alat ini saya bisa makan dan minum sendiri tanpa bergantung orang lain," ucap Anasri.

Sebelumnya ia mencoba memakai sendok makan biasa, tapi tak kunjung bisa akhirnya berkat sendok khusus tersebut ia akhirnya dapat makan dan minum sendiri.

Meski hidup tanpa tangan semangatnya untuk bisa mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain dalam menjalankan aktivitas sehari-hari patut dicontoh.

Ia pantang mengemis walaupun memiliki kekurangan. Sebuah warung kecil menjual kebutuhan harian jadi sumber penghidupan Anasri yang tinggal bersama istrinya.

Untuk mandi pun ia t memodifikasi keran air sehingga tak perlu pakai timba. Pakaian pun untuk celana semua pakai karet sehingga tak perlu dikancingi dan baju kaus sengaja dipilihnya agar tak repot.

Tiga tahun silam Anasri bekerja sebagai tukang bangunan di Kabupaten Sijunjung mengerjakan pembangunan rumah tinggal.

Ibarat kata untung tak dapat diraih, malang sekejap mata ketika hendak menaikkan ember berisi adukan semen ke lantai dua menggunakan besi panjang.

Rupanya besi tersebut menyentuh kabel listrik yang ada di langit-langit rumah. Dalam sekejap tubuhnya tersengat listrik tegangan tinggi membuat tidak sadar dan penuh luka bakar.

20 hari tidak sadarkan diri di rumah sakit Anasri terbangun, namun kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan harus dihadapi. Kedua tangannya sudah tak ada lagi, hanya tinggal lengan saja tanpa siku.

"Melihat tangan tak ada saya pingsan," ujarnya.

Ketika sadar ia mulai berpikir apa yang akan bisa dilakukan tanpa dua tangan, sementara harus tetap menghidupi anak dan istri.

60 hari di rawat di rumah sakit Anasri pulang ke rumah. Ia mulai bisa menerima kenyataan harus menjalankan hidup tanpa tangan.

Namun Ujang tetap belum tahu apa yang akan dikerjakan sebagai penyambung hidup. Setiap malam ia bangun berwudhu dan melaksanakan shalat tahajud, mengadukan musibah yang dihadapinya kepada sang Pencipta.

"Hanya itu yang bisa membuat saya tenang, kalau tidak mungkin saya sudah bunuh diri, bisikan setan terus menggoda," katanya.

Apalagi istrinya minta berpisah dan memutuskan menikah dengan pria lain. Dengan berat hati ia melepas sosok yang telah setia mendampinginya.

Yang terpikir olehnya hanya bagaimana caranya tidak merepotkan orang lain dan bisa mandiri. Semua celana dirombak ke penjahit diganti memakai karet dan tanpa resleting sehingga bisa dipakai sendiri.

Kalau bepergian menggunakan angkutan umum, Ujang menyimpang uang dalam tas dan saat akan turun meminta tolong pada penumpang lain mengambil uang dalam tas untuk dibayarkan.

Jika punggungnya gatal dan tidak ada tempat minta tolong ia pernah mencoba melipat kaki dan memakainya untuk menggaruk punggung.

Tidak hanya itu ia tetap dapat menggunakan alat komunikasi telepon seluler memakai pena yang digigit mulut untuk memencet tombolnya.

Ujang kemudian mencoba menjalankan usaha multilevel marketing yang ditawarkan oleh temannya. Namun karena tempat mengadakan pertemuan jauh membuat ia sulit menghadirinya.

Setelah itu ia mulai kerja serabutan yang penting halal untuk menghidupi empat orang anaknya.

"Selagi mau berusaha pasti ada rezeki," ujarnya.

Pada 2014 Anasri bertemu dengan Elfiyon salah seorang relawan di lembaga kemanusiaan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Sumatera Barat.

Sejak itu ia ditawarkan modal usaha untuk membuka warung di rumah sederhana yang langsung disambut baik Anasri dan istri.

"Alhamdulillah sekarang sudah berkembang, bisa beli kulkas dan mesin parutan kelapa," katanya.

Pada 2015 Anasri mendapat tawaran membuat tangan palsu ke Jakarta, namun setelah dicoba ternyata belum efektif.

Istri Setia

Ditengah keterbatasan yang dialami Ujang beruntung dikaruniai pendamping hidup yang setia menemani dan merawatnya sejak 2014.

Setiap pagi ia memandikan saya, setelah itu menyiapkan makan, semua dilakukan dengan ikhlas, ujarnya.

"Istri saya tidak pernah malu punya suami tanpa tangan, apalagi berharap materi, orangnya tulus dan sejak kami menikah belum pernah berselisih, "lanjutnya.

Ade (44 tahun) menceritakan awal mula berjumpa dengan Anasri pada 2014 karena abang merupakan sahabat kakaknya.

"Kami bertemu 2014 dan merasa sama-sama cocok, kalau dari keluarga besar malah bangga dan mendorong agar saya menikah dengan abang," ujar Ade.

Ia merasa bersyukur diberi kepercayaan merawat dan membimbing Anasri serta merasa bahagia menjalani hidup bersama-sama dalam suka maupun duka.

"Saya juga senang dengan ketulusan abang yang apa adanya," lanjutnya.

Kini Anasri masih menyimpan mimpi untuk memiliki tangan bionik yang dapat digerakan berdasarkan perintah otak, namun ia menyadari harganya mahal tetapi ia yakin suatu hari nanti bisa memilikinya.

Ia berpesan kepada siapa saja yang mendapatkan kesulitan hidup jangan pernah menyesal dan menyalahkan Tuhan karena pasti ada jalan keluar selagi mau berusaha

Kepada mereka yang hidup normal Anasri mengajak bersyukur dengan memelihara semua nikmat yang diberikan Tuhan dan menggunakan untuk kebaikan.

"Nikmat tuhan itu akan terasa kalau sudah tidak ada, maka selagi ada manfaatkan baik-baik," pesannya.