Pengamat: Kekuatan Modal Kendalikan Partai Politik

id Pengamat

Jakarta, (Antara Sumbar) - Pengamat politik Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan pengaruh modal telah mengendalikan perebutan posisi kekuasaan di Indonesia, termasuk posisi ketua umum partai politik.

"Pola kerja kekuatan modal dalam perebutan posisi kekuasaan memang tidak selalu terlihat kasat mata dengan menampilkan si pemilik modal tampil sendiri mengambil posisi kekuasaan," kata Karyono ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.

Karyono mengatakan tidak jarang kekuatan modal menggunakan pola kerja di balik layar, bersembunyi di balik panggung politik dan kekuasaan. Sejak reformasi kekuatan modal memiliki ruang politik semakin luas.

"Akibatnya, kekuatan pemilik modal untuk tampil dalam atmosfir politik di Indonesia semakin terbuka," ujarnya.

Karyono kemudian mencontohkan keterpilihan Setya Novanto sebagai ketua umum DPP Partai Golkar. Kemenangan Novanto yang merupakan seorang pengusaha besar di Partai Golkar mengonfirmasi bahwa kekuatan modal telah mengendalikan partai politik.

Menurut Karyono, kemenangan Novanto di Partai Golkar itu hanya fenomena "gunung es" karena pengaruh kekuatan modal dalam pertarungan posisi ketua umum di tubuh Partai Golkar bukan hal yang baru.

Sejak keruntuhan rezim Orde Baru, kekuatan pemodal bergerak semakin terbuka di Partai Golkar dalam tiga kali musyawarah nasional dan satu kali musyawarah nasional luar biasa.

"Tiga ketua umum terakhir Partai Golkar, yaitu Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie dan Setya Novanto semuanya berlatar belakang pengusaha," tuturnya.

Fenomena pengusaha yang juga seorang politisi tidak hanya terjadi di Partai Golkar. Karyono mengatakan hal serupa juga terjadi di Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

"Djan Faridz yang menjadi ketua umum PPP versi muktamar Jakarta juga berlatar belakang pengusaha," katanya.

Berangkat dari posisi ketua umum partai, pengusaha yang juga politisi itu tidak sedikit yang kemudian mendapatkan posisi di pemerintahan. (*)