Rizal Ramli akan Rancang Jembatan Udara Logistik

id Rizal Ramli, jembatan, Udara. Logistik

Rizal Ramli akan Rancang Jembatan Udara Logistik

Menko Kemaritiman Rizal Ramli.

Jakarta, (Antara Sumbar) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli akan merancang konsep jembatan udara logistik sebagai konsep lanjutan tol laut guna menekan harga kebutuhan pokok di Kawasan Timur Indonesia.

Rizal seusai rapat koordinasi tentang tol laut di Jakarta, Senin, meminta Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman Ridwan Djamaluddin untuk segera merancang konsep jembatan udara logistik sebagai lanjutan program tol laut.

"Kami akan minta Pak Deputi Ridwan merancang konsep jembatan udara logistik. Istilahnya tol laut berhasil, harga di pelabuhan memang turun, tapi di pedalaman, pegunungan, belum turun karena transportasinya belum memadai," ucapnya.

Menurut Rizal, tol laut telah berhasil menurunkan harga kebutuhan pokok di Indonesia timur, khususnya di Kepulauan Maluku hingga 49 persen.

Namun, diakuinya untuk mencapai wilayah pedalaman atau pegunungan masih begitu sulit karena tidak ada dukungan transportasi yang baik sehingga harganya masih cukup tinggi.

"Ini akan dirancang, memang perlu subsidi supaya harganya turun," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ridwan mengaku akan segera merancang konsep jembatan udara logistik yang diinstruksikan Rizal Ramli.

Menurut dia, dampak tol laut dalam menekan harga kebutuhan pokok memang belum dapat dirasakan hingga ke daerah pedalaman sehingga harus ada konsep multimoda.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan TNI untuk bisa memanfaatkan tiga unit pesawat Hercules untuk membantu distribusi barang-barang ke wilayah pedalaman.

"Kami sudah melakukan simulasi untuk mengangkut semen ke Puncak Jaya yang harganya mencapai Rp1 juta per sak, diangkut pakai Hercules dari Sorong," paparnya.

Di Jakarta, lanjut Ridwan, harga semen sekitar Rp65.000 per sak, namun harganya naik hingga dua kali lipat hingga Rp125.000 per sak ketika tiba di Sorong dan mencapai hingga Rp1 juta per sak di Puncak Jaya.

"Hercules itu daya tampungnya 13,5 ton. Kalau berangkat PP (pergi pulang) tiga jam biayanya Rp30 juta, maka dihitung simulasi harganya di Puncak Timika bisa jadi Rp375.000-Rp500.000 per sak," tambahnya.

Kendati belum menghitung biaya operasional secara detil, Ridwan mengatakan konsep utamanya adalah agar mengerahkan semua aset negara untuk kepentingan publik.

"Toh itu juga bisa dimanfaatkan untuk memanaskan mesin pesawat, juga bisa menekan harga semen, misalnya, dari Rp1 juta menjadi Rp500.000," ujarnya.

Ada pun terkait perizinan rute perintis dengan Kementerian Perhubungan, menurut Ridwan, akan diharmonisasikan kebijakannya agar ukuran penerbangan bisa lebih besar.

"Jadi konsepnya menekankan agar 'size' penerbangannya lebih besar ke logistik. Berbeda dengan penerbangan perintis penumpang agar bisa lebih efisien," katanya.

Rapat koordinasi tentang tol laut itu dihadiri Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Dirut PT Pelni Elvien Goentoro, perwakilan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian. (*)