Pemkot Padang: Kurangi Pengerukan Batu Dasar Sungai

id Pemkot Padang

Padang, (Antara) - Wali Kota Padang, Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah mengimbau warga untuk mengurangi pengeruka pasir dan batu dasar sungai karena membahayakan masyarakat dan merusak lingkungan.

"Di beberapa tempat seperti Kuranji, Lubuk Minturun dan sejumlah sungai besar lainnya, kegiatan ekonomi warga mengeruk pasir atau bebatuan sungai harus dikurangi," kata dia, di Padang, Rabu.

Menurutnya, pengerukan dasar sungai mengakibatkan kerusakan lingkungan, kematian biota dan pelebaran sungai tersebut.

Sebagai contoh pengerukan yang marak di Batang Kuranji, Kecamatan Kuranji telah membahayakan kelangsungan hidup masyarakat sekitarnya.

"Beberapa waktu lalu saat berkunjung ke salah satu sungai di Kuranji, kami mendapat laporan adanya tebing di sekitar sungai yang runtuh," kata dia.

Menurutnya kejadian itu terjadi salah satunya akibat pengerukan di dasar sungai pada bagian lebih tinggi.

Pengerukan tersebut kata Mahyeldi tidak dilakukan secara manual atau biasa namun terkadang dengan alat berat.

"Hal ini jelas akan membahayakan terutama bila mengarah pada pengendalian banjir," tambahnya.

Sebab kestabilan sungai akibat pengerukan besar-besaran tidak terjaga yang mengakibatkan kerusakan pada sistem pengalirannya dan ini bisa berbahaya bagi masyarakat yang menggantungkan kebutuhannya dengan air sungai.

Terlebih saat ini pihaknya sedang melakukan mitigasi banjir dengan membangun cek dam di Batang Kuranji yang ditargetkan akan selesai pada 2017.

Berkaitan dengan itu dia meminta semua pihak mulai masyarakat, pimpinan daerah dan instansi terkait duduk bersama untuk membahas dan menyelesaikan persoalan tersebut.

"Dengan itu kita harapkan air sungai akan terkelola dengan baik dan tidak membawa risiko bahaya kepada warga," imbuhnya.

Terkait itu Mahasiswa Pascasarjana jurusan Ilmu Tanah yang juga analis di Universitas Andalas Gusri Yanti mengatakan proses pengerukan di dasar sungai memiliki bahaya dan tidak.

Menurutnya apabila pengerukan besar-besaran, air akan mengalir tanpa ada hambatan, sehingga bila saat ada air bah sangat berbahaya bagi masyarakat di dataran rendah.

Sebaliknya, ia menilai, tidak berbahaya pengerukan hanya pasir atau tanah bawaan dataran tinggi.

"Bila pengerukan dilakukan secara berkala, setiap pengerukan pasir akan kembali diganti dari atasnya dan begitu seterusnya," ujarnya.

Akan tetapi, untuk kasus di Kuranji khususnya Jembatan Gunung Nago, pengerukan sungai sangat berbahaya bagi pengguna jembatan karena lahan penyangganya berpotensi terdegradasi dan menyebabkan tanah longsor. (*)