Solok Selatan Datangkan Ayam dari Luar Daerah

id ayam, pedaging, solok selatan

Solok Selatan Datangkan Ayam dari Luar Daerah

Suasana peternakan ayam di kandang ayam potong di Desa Sumberdawesari, Pasuruan, Jawa Timur. ( ANTARA FOTO/Moch Asim)

Padang Aro, (Antara Sumbar) - Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, masih mendatangkan ayam pedaging untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat dari luar daerah, seperti Payakumbuh, Padang, Solok dan Pariaman serta Muaro Bungo, Jambi.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan (Dipertanakan) Solok Selatan, Yuherdi di Padang Aro, Jumat, menyebutkan kebutuhan ayam pedaging daerah itu dalam setahun berkisar 628.000 ekor atau sekitar 52.000 ekor per bulan.

Ayam tersebut dipasok dari luar daerah yang langsung didistribusikan perusahaan peternakan ayam ke pedagang. Ayam-ayam itu datang menjelang hari pasar. Pasar di Solok Selatan masih pasar tradisional yang beroperasi setiap hari pasar.

Para pedagang, sebutnya, rata-rata telah memiliki kandang sendiri untuk menampung ayam tersebut.

Ia menyebutkan dilihat dari kondisi daerah Solok Selatan, seperti cuaca, ketinggian dan suhu, daerah itu berpotensi untuk pengembangan peternakan ayam pedaging.

Namun, menurutnya animo masyarakat untuk beternak ayam pedaging masih belum ada.

Kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan peternakan ayam pedaging seperti Sangir, Sungai Pagu, dan Koto Parik Gadang Diateh.

"Memang sudah ada warga yang beternak ayam pedaging di daerah Pakan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, tapi dia juga pedagang. Jika dilihat dari kandangnya sekitar 3.000 hingga 5.000 ekor," ujarnya.

Selain memiliki potensi untuk pengembangan peternakan ayam pedaging, pasar ayam pedaging juga cukup menjanjikan. Selain untuk kebutuhan masyarakat Solok Selatan, ayam tersebut bisa dipasarkan ke kabupaten/kota provinsi Jambi, seperti Sungai Penuh dan Kerinci.

"Jarak ke Kerinci dan Sungai Penuh dari Solok Selatan cuma satu sampai dua jam," tambahnya.

Ia menjelaskan pengembangan peternakan ayam pedaging di sejumlah daerah di Sumatera Barat rata-rata dilakukan dengan jalinan kerja sama antara perusahaan dengan masyarakat atau disebut inti plasma.

"Perusahaan yang memasok bibit, pakan, dan obat-obatan sementara masyarakat menyediakan kandang dan tenaga. Kemudian ayam tersebut dibeli oleh perusahaan," lanjutnya.

Ia menilai jarak yang cukup jauh dari ibukota provinsi, Padang, yakni sekitar 3,5 jam, membuat perusahaan peternakan ayam masih enggan untuk mengembangkan usahanya ke Solok Selatan.

"Selain itu juga dari segi pengalaman dan sumber daya manusianya masih minim mengingat risiko yang cukup tinggi," katanya.

Sementara Kepala Seksi Perlindungan Konsumen Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Solok Selatan, Arnonsyah, menyebutkan harga ayam pedaging di daerah itu saat ini naik jika dibanding sebelum Ramadhan, dari Rp45.000 per ekor menjadi Rp48.000 per ekor. Dengan berat ayam berkisar 1,8 hingga 2 kilogram.

Ia menyebutkan, pemasok ayam pedaging di Solok Selatan bukan saja dari kabupaten/kota di Sumbar, melainkan juga dari Muaro Bungo, Provinsi Jambi.

Ayam yang berasal dari Muaro Bungo untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah perbatasan, seperti Abai Kecamatan Sangir Batang Hari, kemudian Sungai Kunyit dan Talao di Kecamatan Sangir Balai Janggo.

"Mereka mendatangkan ayam biasanya menjelang hari pasar," sebutnya.

Seorang warga Sungai Pagu, Rinita (34) menyebutkan pengembangan peternakan di Solok Selatan akan mempengaruhi harga jual ayam pedaging di daerah itu. "Dengan jarak yang dekat, biaya transportasi bisa dikurangi dan harga ayam bisa murah dari harga sekarang," katanya.

Selain itu, ujar guru di salah satu sekolah dasar di Sungai Pagu ini, pengembangan peternakan ayam di daerah itu akan menjamin ketersediaannya.

"Setidaknya pasokan ayam tidak akan putus," terangnya. (*)