Mahasiswa Unand Ciptakan Pembungkus Makanan Berbahan TKKS-Bioplastik

id Mahasiswa

Mahasiswa Unand Ciptakan Pembungkus Makanan Berbahan TKKS-Bioplastik

Mahasiswa Peneliti Bungkus Makanan TKKS-Bioplastik dengan produknya Kelas Bistik bersama pimpinan Unand dan Dosen Pembimbing, Rabu (20/7) (Rahmat Deni) (Antara Sumbar)

Padang, (Antara Sumbar) - Lima Orang Mahasiswa asal Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat menciptakan kertas pembungkus makanan dari perpaduan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan bioplastik guna menyaingi produk yang ada di pasaran.

"Penelitian kertas pembungkus dari tandan kelapa sawit tentu sudah banyak, namun penambahan bioplastik baru kali ini," kata salah satu mahasiswa Tika Apriliany, di Padang, Rabu.

Dia memaparkan pembuatan kertas ini dimulai dengan pemotongan dan pembersihan tandan kelapa sawit yang merupakan limbah kelapa sawit yang kemudian dijadikan serat seperti halnya sabut kelapa.

Kemudian serat tersebut diolah menjadi bubur kertas sebagaimana pembuatan kertas biasanya, lebih tepatnya proses soda dengan penambahan Natrium Hidroksida.Proses ini dilakukan di dalam alat yang bernama "pulper".

Setelah terbentuk bubur kertas kemudian dituangkan pada cetakan sehingga membentuk seperti lembaran, kemudian disaring, dan dikering anginkan beberapa menit, hingga berbentuk lembaran ,baru masuk pelapisan dengan bioplastik.

"Dilapisi bioplastik inilah nilai ramah lingkungannya," kata Tika.

Sebelum digunakan untuk melapisi kertas yang, bioplastik dibuat dari campuran tepung tapioka ditambah air dan zat gliserol.

Campuran zat tersebut kemudian dioleskan pada lembaran kertas yang sudah jadi dan kemudian dikeringkan.

Secara prinsip penambahan bioplastik ini memberikan keamanan bagi makanan bila dibungkus, sebab saat dioleskan semua zat menyatu ke bahan kertas.

"Tidak akan masalah bila saat digunakan membungkus nasi atau lauk,ikut termakan dan masuk ke dalam tubuh," ujarnya.

Hal ini tentu berbeda dengan kertas makanan yang dijual di pasaran yang dilapisi oleh plastik dari bahan minyak bumi atau polietilen. Sudah tentu amat berbahaya bila dimakan tubuh.

Dia menambahkan kertas bungkus yang diberi nama "Kelas Bistik" atau Kertas Ramah Lingkungan Dari Tandan Kelapa Sawit Berlapis Bioplastik Untuk Makanan, terlihat bagi lingkungan bila dibuang kertas ini mudah terurai.

Berbeda dengan kertas bungkus yang berbahan plastik, sulit terurai bahkan bisa mencapai ratusan tahun prosesnya.

"Awalnya penelitian ini untuk memenuhi syarat ikut Program Kreativitas Mahasiswa namun kami berharap dapat berlanjut lebih aplikatif," kata dia.

Dia menyebutkan keempat teman lainnya yang ikut dalam penelitian tersebut yakni Fakhrur Rozi Oktafi, Oktaviandi, Nurmala Sari, dan Febiola Edga.

Dia mengaku untuk menyelesaikan penelitian tersebut membutuhkan dana sekitar Rp7,5 Juta.

Ke depan dia berharap produknya tersebut dapat masuk ke pasaran.

"Kami belum bisa menghitung secara khusus bila dijual perlembarnya sebab masih skala laboratorium," katanya.

Meskipun demikian dirinya menaksir untuk satu lembar kertas harganya Rp800 masih jauh dari kertas bungkus plastik seharga Rp100 per lembarnya.

Akan tetapi katanya, bungkus plastik telah diproduksi massal sementara perhitungan dirinya masih skala kecil.

Sementara itu Wakil Rektor III Unand Prof Hermansah mengapresiasi penelitian mahasiswanya dan disebut sebagai penemuan baru.

Selain itu secara sumbangsih penelitian ini berbahan murah dan ramah karena berasal dari limbah lingkungan.

Dia berharap nantinya hasil tersebut bermanfaat bagi masyarakat sekaligus memberikan keamanan bagi produk makanan lebih lanjut.(*)