Jakarta, (Antara Sumbar) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah sebesar 18 poin menjadi Rp13.118 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.100 per dolar AS.
"Penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia kembali membebani laju mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Menurut dia, harga minyak mentah dunia yang mengalami penurunan menjadi salah satu faktor negatif bagi mata uang komoditas seperti rupiah sehingga dolar AS bergerak menguat.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Senin (25/7) sore ini bergerak melemah 0,59 persen menjadi 43,93 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,53 persen menjadi 45,45 dolar AS per barel.
Ia menambahkan bahwa pergerakan rupiah yang melemah itu juga seiring dengan investor yang mengambil posisi menunggu seraya mengamankan asetnya dari negara berkembang menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
"Peluang kenaikan suku bunga AS masih tetap ada, situasi itu membuat investor di pasar uang cukup berhati-hati," katanya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa estimasi inflasi pada Juli tahun ini yang masih terjaga menjadi salah satu faktor yang menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS lebih dalam.
"Angka inflasi yang masih terjaga dapat menjaga harapan investor terhadap perekonomian di dalam negeri yang akhirnya dapat mendorong rupiah," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.135 dibandingkan hari sebelumnya Jumat (22/7) Rp13.102. (*)
Rupiah Senin Sore Bergerak Melemah Menjadi Rp13.118
(ANTARA FOTO/Ismar Patrizki)
