Pengamat: Konflik Masyarakat-Polisi Karena Lemahnya Komunikasi

id Pengamat

Padang, (Antara Sumbar) - Pengamat Sosial dari Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat (Sumbar), Isa Gautama menilai konflik yang terjadi antara masyarakat dengan aparat penegak hukum atau kepolisian di Kabupaten Sijunjung pada Selasa merupakan akibat lemahnya komunikasi antarkeduanya.

"Jika komunikasi antara kedua elemen itu yakni masyarakat dan kepolisian baik, tentu interaksi yang terjalin juga sehat," kata dia saat dihubungi dari Padang, Selasa.

Ia menegaskan hubungan sosial antara masyarakat dan penegak hukum tidak bisa dipisahkan, namun jika masyarakat telah memiliki persepsi tidak baik, tentu mereka akan menilai secara subjektif serta mengutamakan emosi saat menghadapi kepolisian.

Begitu pula saat polisi melakukan razia, baik itu penertiban lalu litas atau lainnya, perlu tindakan persuasif pada masyarakat agar tetap menjaga hubungan baik antara keduanya.

Secara umum, ia menjelaskan tiap elemen dalam kehidupan sosial itu ibarat tubuh manusia yakni memiliki tubuh, klasifikasi dan sistem. Jika anatominya tidak sehat tentu interaksi yang tercipta tidak baik, bahkan tidak jarang yang menimbulkan konflik.

"Yang terjadi di Sijunjung menjadi salah satu contohnya yakni massa mendatangi Kepolisian Resor (Polres). Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, namun ini gambaran tidak terciptanya komunikasi yang baik," jelasnya.

Selain itu, ia menyampaikan pihak kepolisian seharusnya dapat melakukan pendekatan pada masyarakat setempat termasuk memahami budaya dan norma tidak tertulis yang berlaku.

"Tidak bisa disamakan perlakuan pada masyarakat di perkotaan dengan pelosok. Jika hanya pendekatan formal, tentu terlalu ceroboh," ujarnya.

Sementara pengamat sosial lainnya yang juga tokoh masyarakat setempat, Hasrul Piliang saat dihubungi terpisah menyayangkan adanya konflik antara masyarakat dan kepolisian itu.

"Harusnya tidak ada konflik antara keduanya. Jika ada masalah harusnya cepat dicarikan solusinya. Jika tidak cepat, tentu ada pernyataan ketidakpuasan dari masyarakat yag terkadang berujung konflik," katanya.

Menurutnya, kedua elemen dalam hubungan sosial itu tidak akan bisa dipisahkan, apalagi penertiban yang dilakukan aparat penegak hukum perlu dukungan dari masyarakat setempat untuk dapat terlaksana maksimal.

"Apapun persoalannya, hendaknya ada keterbukaan agar tidak ada konflik berkelanjutan," ujarnya.

Sebelumnya Polres Sijunjung di Muaro Sijunjung diserang massa pada Selasa siang denagn pelemparan batu, bahkan menyebabkan kaca jendela dan mobil di Mapolres pecah.

Dari pantauan di lapangan, upaya membubarkan massa yang menyerang tersebut dilakukan polisi dengan menembakan gas air mata ke arah kerumunan orang yang mengepung. (*)