Wall Street Berakhir Beragam di Tengah Laporan Laba

id Wall Street

Wall Street Berakhir Beragam di Tengah Laporan Laba

Wall Street. (Reuters)

New York, (Antara Sumbar) - Saham-saham di Wall Street berakhir beragam pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor mencerna sejumlah laporan laba kuartalan perusahaan, sementara mengamati pertemuan kebijakan Federal Reserve.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 19,31 poin atau 0,10 persen menjadi ditutup pada 18.473,75. Indeks S&P 500 berakhir naik tipis 0,70 poin atau 0,03 persen menjadi 2.169,18, dan indeks komposit Nasdaq bertambah 12,42 poin atau 0,24 persen menjadi 5.110,05.

Sebelum bel pembukaan Selasa, 3M melaporkan laba kuartal kedua 2,08 dolar AS per saham, umumnya sejalan dengan perkiraan pasar. Perusahaan menurunkan pedoman untuk pertumbuhan penjualan 2016. Sahamnya merosot 1,10 persen menjadi 177,66 dolar AS per saham.

Saham Caterpillar melonjak 5,16 persen menjadi 82,75 dolar AS per saham setelah perusahaan pembuat peralatan konstruksi dan pertambangan AS itu menyampaikan hasil kuartalan lebih baik dari perkiraan.

Saham McDonald Corp jatuh 4,47 persen menjadi 121,71 dolar AS per saham setelah merilis laporan laba kuartalan mengecewakan.

Data terbaru dari Thomson Reuters menunjukkan bahwa laba gabungan perusahaan-perusahaan S&P 500 di kuartal kedua 2016 diperkirakan akan menurun 3,5 persen pada tahun ke tahun, sementara pendapatannya diperkirakan menurun 0,1 persen.

Sementara itu, investor mengiawasi ketat pertemuan kebijakan dua hari Fed. Analis percaya bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah setelah akhir pertemuan pada Rabu.

Di sisi ekonomi, penjualan rumah keluarga tunggal baru di AS pada Juni 2016 berada pada tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 592.000 unit, mengalahkan konsensus pasar, kata Departemen Perdagangan AS, Selasa.

"Pemulihan perumahan terus bergerak bersama perekrutan yang stabil dan tingkat hipotek rendah berkelanjutan mendorong penjualan rumah secara perlahan naik," kata Sophia Kearney-Lederman, seorang analis ekonomi di FTN Financial. (*)