"Lukah Gilo" Meriahkan Tour de Singkarak di Pasaman

id TdS, Lukah Gilo, Kesenian, Pasaman

"Lukah Gilo" Meriahkan Tour de Singkarak di Pasaman

Penampilan atraksi Lukah Gilo dalam kejuaraan balap sepeda internasional etape ketiga Tour de Singkarak 2016. (ANTARA SUMBAR/Riko Saputra)

Lubuk Sikaping, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, menampilkan kesenian tradisional dalam memeriahkan kejuaraan balap sepeda internasional etape ketiga Tour de Singkarak 2016.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasaman Hendri di Lubuk Sikaping, Senin, mengatakan kesenian daerah yang ditampilkan tersebut seperti Lukah Gilo dan Tari Simuntu.

"Atraksi Lukah Gilo ini sangat memukau para penonton dan peserta TdS 2016. Mereka tampak antusias menyaksikannya," ujar Hendri.

Ia menjelaskan lukah merupakan alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu dan rotan diberi kepala yang menyerupai manusia sedangkan gilo dalam bahasa Minangkabau berarti gila.

"Sebelum atraksi, lukah ini dimantra dulu oleh pawangnya. Setelah itu, lukah tersebut akan sulit untuk dikendalikan," katanya.

Menurutnya semakin banyak yang memegangnya maka akan semakin sulit dikendalikan karena lukah tersebut melompat dan menari dengan sendirinya.

"Bahkan tim TdS 2016 dari pusat juga ikut memegang Lukah Gilo ini. Bahkan enam orang pemain yang ikut memegangnya juga tidak kuat dan sampai terjatuh," ujarnya.

Kejuaraan balap sepeda itu juga dimeriahkan oleh penampilan Tari Simuntu yang terinspirasi dari perjuangan masyarakat dalam mencari bantuan pada Perang Paderi dulu.

"Penari Simuntu yang sudah berusia lanjut ini menutup seluruh tubuhnya dengan daun pisang yang telah kering, memakai topeng dan membawa senapan yang terbuat dari pelepah pisang," jelasnya.

Ia mengatakan penari yang terdiri dari tiga orang menari dengan diiringi musik dengan alat musik tradisional.

Tari Simuntu menggambarkan bagaimana masyarakat pada zaman dahulu melakukan penyamaran dan menyusup ke perkampungan tanpa diketahui oleh musuh untuk mencari bantuan berupa beras, kelapa, ubi, garam untuk para pejuang yang ada di dalam hutan.

Hendri mengatakan kesenian tradisional dari Pasaman biasanya ditampilkan pada kegiatan nasional, internasional dan dalam menyambut tamu kehormatan.

"Oleh sebab itu, kita berharap agar kesenian daerah ini selalu dilestarikan. Ini juga perlu mejadi sorotan bagi generasi muda. Ini merupakan kekayaan daerah kita," katanya.

Ia juga berharap kesenian tradisional itu juga dapat lebih dikenal dikancah nasional maupun internasional. (*)