Agrowisata Solusi Masyarakat Kenduri di Jalan

id agrowisata, baralek, warga, padang

Padang, (Antara Sumbar) - Pengembangan agrowisata yang dilengkapi dengan aula dan ruang pertemuan bisa menjadi solusi bagi persoalan masyarakat yang sering menggunakan badan jalan untuk melaksanakan kenduri atau biasa disebut baralek di Padang, Sumatera Barat.

"Kami memang sedang mencari solusi untuk mengatasi persoalan kenduri di jalan, yang sering dikeluhkan pengguna jalan. Pengembangan agrowisata dengan fasilitas aula mungkin bisa menjadi salah satu solusi," kata Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah.

Ia menambahkan, agrowisata adalah pengembangan wisata menggunakan lahan pertanian atau peternakan dan fasilitas lain yang terkait. Pengembangannya melibatkan lintas sektoral, tidak saja dinas pariwisata tetapi juga dinas pertanian, peternakan, Pekerjan Umum (PU) untuk infrastruktur dan instansi lainnya.

Dalam kawasan agrowisata itu bisa dibangun aula atau ruang pertemuan yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk melaksanakan kenduri, sehingga aktivitas kenduri menggunakan badan jalan bisa dikurangi.

"Nanti kami atur bagaimana caranya masyarakat bisa bebas menggunakan fasilitas ini," sebutnya.

Selain itu, agrowisata juga cukup menjanjikan dalam menunjang pengembangan wisata di Kota Padang yang disinkronisasi dengan konsep wisata halal.

"Jadi objek wisata kita nanti tidak hanya menawarkan laut dan pantai, tetapi juga yang berbasis pertanian," lanjutnya.

Saat ini, lokasi agrowisata yang representatif di Kota Padang berada di di Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah.

Lokasi yang berada pada ketinggian 30-105 Mdpl itu dikenal sebagai pusat pembibitan tanaman buah-buahan yang mendapat binaan dari BBI. Kemudian pada tahun 80-an secara perlahan berkembang menjadi pusat tanaman hias, dan akhir-akhir ini perkembangannya sangat pesat seiring dengan meningkatnya minat masyarakat akan tanaman hias.

Alamnya dikelilingi lahan sawah, perbukitan yang dipenuhi dengan aneka tanaman hias, buah-buahan dan tanaman tahunan lainnya serta lokasi pemandian yang ramai dikunjungi masyarakat, kemudian berkembang menjadi lokasi agrowisata. (*)