Cak Lontong Meriahkan Temu Responden BI Sumbar

id cak lontong, temu, responden, BI

Cak Lontong Meriahkan Temu Responden BI Sumbar

Komedian Cak Lontong unjuk kebolehan menampilkan lawakan tunggal pada Temu Responden Bank Indonesia Sumbar. (Ikhwan Wahyudi/AntaraSumbar)

Padang, (Antara Sumbar) - Komedian Lies Hartono atau akrab disapa Cak Lontong bersama rekannya Totok dan Jamil memeriahkan acara temu responden Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat (Sumbar), lewat aksi lawakan tunggal yang membuat peserta acara tertawa terpingkal-pingkal.

"Kalau BI mengampanyekan gerakan tanpa uang tunai saya sejak zaman kuliah sudah merintisnya, saya tidak pernah pakai uang tunai karena kalau tidak dibayari ya ngutang," kata dia di Padang, Selasa.

Ia mengaku begitu diundang BI Sumbar untuk mengisi acara langsung setuju dan tidak pernah memikirkan honor sebab yang memikirkan honor itu adalah tugas panitia dan ia hanya mengisi acara saja.

Komedian yang dikenal cerdas memainkan kata-kata melalui lawakan sederhana dan disampaikan dengan bahasa baku namun mengandung logika konyol itu, kerap menantang pendengar untuk berpikir mencerna lawakannya.

Terkait wacana penaikan harga rokok menjadi Rp50 ribu per bungkus, Cak Lontong menilai akan membantu BI mengurangi peredaran uang tunai di masyarakat karena akan lebih banyak pakai transaksi nontunai.

"Sekarang kan murah jadi beli rokok pakai uang tunai, kalau sudah Rp50 ribu maka pembeli akan pakai kartu debit atau kredit apalagi kalau Rp1 juta sebungkus semakin sedikit uang tunai beredar," katanya.

Untuk mengurangi jumlah perokok, Cak Lontong punya formulasi jitu yaitu menutup pabrik korek api dengan pertimbangan karyawan tidak terlalu banyak sehingga dampak ekonomi tidak begitu besar.

"Kalau tidak ada korek perokok pasti berkurang, kan tidak mungkin perokok kemana-mana bawa kompor gas untuk menyalakan rokok, saya pernah nyoba nyalain rokok pakai kompor gas begitu nyala alis satu hilang," ujarnya.

Pria yang selalu memulai lawakan dengan ucapan salam lemper itu mengemukakan antara laki-laki dengan perempuan itu secara kodrat diciptakan berbeda, karena pria lebih mengedepankan akal dan wanita lebih dominan perasaan.

"Di keluarga saya kalau anak sakit, istri nangis duluan karena panik dan perasaannya dominan, tapi kalau saya akan bilang ayo bawa ke dokter tangani dulu, setelah selesai dan terima kuitansi obat baru saya nangis," katanya.

Pada sisi lain, insinyur lulusan Institut Teknologi Sepuluh November itu mengaku prihatin dengan negara-negara di ASEAN yang sudah berani memandang Indonesia dengan sebelah mata, apalagi orang Vietnam yang berani mempertanyakan apa prestasi sepak bola Indonesia.

"Saya emosi mendengarnya, jangan sombong di mana di dunia ini negara yang sepak bola seperti di Tanah Air, kalau di negara lain sepak bola dimainkan, di Indonesia dibekukan berarti kita punya kulkas segede lapangan bola, itu prestasi luar biasa," ujarnya.

Ia juga mengingatkan negara yang pernah jadi peraih piala dunia sepak bola jangan sombong seperti Brazil, Jerman, Italia, Prancis dan Inggris.

"Semua negara pemenang piala dunia itu pernah dikalahkan oleh negara lain, Brazil kalah dari Jerman, tapi dari lima negara peraih piala dunia ini belum ada satu pun yang berhasil mengalahkan timnas Indonesia, artinya juara dunia sekali pun belum sanggup mengalahkan kita," ujarnya.

Sementara Kepala perwakilan BI Sumbar, Puji Atmoko mengatakan pihaknya sengaja menghadirkan Cak Lontong dalam kegiatan temu responden sebagai apresiasi kepada responden yang selama ini membantu BI mengumpulkan data ekonomi.

"Kalau selama ini hanya kegiatan diskusi sekali-sekali perlu diselingi dengan acara komedi," tambahnya. (*)