Jalan Lingkar Perbatasan RI-Timor Leste Rampung

id jalan, lingkar, perbatasan, RI-Timor Leste

Jalan Lingkar Perbatasan RI-Timor Leste Rampung

Ilustrasi perbaikan jalan. (ANTARA FOTO)

Kupang, (Antara Sumbar) - Kepala Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Timur Andre Koreh mengatakan ruas jalan lingkar luar yang menghubungi sejumlah kabupaten di perbatasan RI-Timor Leste sudah rampung dikerjakan.

"Proyek infrastruktur jalan serta infrastruktur pendukung lainnya di perbatasan kedua negara, menurut rencana akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada Desember mendatang," katanya kepada Antara di Kupang, Rabu.

Ia menjelaskan proyek pembangunan jalan lingkar luar perbatasan dengan sebutan "sabuk merah perbatasan" sepanjang 177 kilometer itu dikerjakan sejak 2015 untuk mempermudah akses masyarakat di wilayah perbatasan RI-Timor Leste.

"Ada beberapa ruas jalan yang sedang dalam proses penyelesaian karena masih menunggu pencairan dana dari APBN Perubahan sebesar Rp1,8 triliun. Kita berharap segera terealisasi," ujarnya.

Proyek "Sabuk Merah Perbatasan" itu membentang dari Kabupaten Belu dan Malaka melalui titik lintas sektor timur dari Motamasin menuju Laktutus-Henes-Turiskain-Salore dan berakhir di Mota Ain, gerbang utama Indonesia menuju Timor Leste.

Selanjutnya, di sektor tengah di wilayah Timor Tengah Utara (TTU) yang berbatasan dengan wilayah kantung (enclave) Timor Leste, Oecusse, dimulai dari titik Amol menuju Oehose ke Manufono dan barakhir di Wini, gerbang utama menuju Oecusse.

Untuk sektor barat di wilayah perbatasan Kabupaten Kupang, yang juga bersebelahan dengan Oecusse, akan dimulai dari titik Oepoli menuju Fefa ke arah Tubona-Saenam-Haumeniana dan berakhir di Fainake.

Sementara untuk jalur lain yang menghubungkan Oepoli di Kabupaten Kupang dan Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara yang sama-sama berbatasan dengan Oecusse itu, sedang dikerjakan dan ditarget selesai pada 2017.

Terhadap pembangunan sejumlah pintu lintas batas, Andre mengatakan, untuk pintu lintas batas utama Mota Ain di Kabupaten Belu yang berbatasan dengan Batugede, Timor Leste saat ini pengerjaan sudah mencapai hampir 100 persen.

Sedangkan untuk pintu perbatasan Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dengan Oecusse, sedang dikerjakan dan hingga bulan Juli lalu progresnya sudah mencapai sekitar 47 persen.

Hal sama juga untuk pintu lintas batas negara di Motamasin, Kabupaten Malaka yang berbatasan dengan Distrik Kovalima, Timor Leste.

Dua proyek pintu lintas batas di dua titik itu diakui Andre agak terlambat progres pekerjaannya, karena sejak awal memang terhambat oleh pembebasan lahan milik warga setempat.

Dengan upaya yang dilakukan pemerintah daerah masing-masing, maka proyek itu bisa dilakukan karena pembebasan lahan yang sebelumnya menjadi kendala sudah bisa terselesaikan.

Secera keseluruhan, kata Andre wajah infrastruktur perbatasan RI-Timor Leste di sejumlah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur nantinya akan menjadi lebih baik.

"Jika pers sering melukiskan kondisi infrastruktur di perbatasan masih bopeng, mungkin ke depan sudah mulai mulus. Rasanya tidak ada lagi wajah bopeng di tepian nusantara," ujarnya.

Presiden Joko Widodo memberi prioritas khusus pada pembangunan daerah pinggiran, termasuk perbatasan RI-Timor Leste guna mempermudah akses masyarakat di perbatasan dengan kawasan lainnya di Pulau Timor bagian barat NTT.

"Kita patut bersyukur atas kebijakan dan perhatian pemerintah pusat untuk sejumlah hal yang sudah dilakukan dalam upaya menata wilayah perbatasan di NTT dengan membangun infrastruktur yang sangat memadai termasuk pintu lintas batas tersebut," katanya. (*)