Outlet Kopi Dinding Keempat Diresmikan di Payakumbuh

id Marzul Veri

Outlet Kopi Dinding Keempat Diresmikan di Payakumbuh

Marzul Veri

Payakumbuh, (Antara Sumbar) - Outlet kopi dinding keempat yang merupakan gerakan sosial untuk berbagi kepedulian lewat secangkir kopi gratis kepada yang membutuhkan diresmikan di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumbar).

"Outlet tersebut dibuka di Lapau Family Simpang Benteng Payakumbuh sebagai wadah untuk saling berbagi," kata inisiator program Kopi Dinding, Marzul Veri di Payakumbuh, Senin.

Pada pembukaan tersebut hadir beberapa orang tokoh masyarakat seperti Dosen Unand di Payakumbuh Syaiful Anwar, mantan Komisioner KPU Kabupaten Limapuluh Kota Irwandi, pegiat perlindungan anak Nora Fitria, Sekretaris Forum Walinagari Sumbar Budi Febriandi, Pengusaha properti Siaweri Shodiq dan Anggota KPU Kabupaten Limapuluh Kota Ilham Yusardi.

Menurutnya Kopi Dinding membuka kesempatan bagi yang mampu untuk berbagi dengan yang membutuhkan makanan dan minuman yang tersedia di Lapau Family Benteng.

Di sini tersedia menu lontong telur, soto dan sup, teh telur, kopi telur, kopi, teh manis dan es tebak serta beragam jus, ujarnya.

Ia menyebutkan Kopi Dinding Payakumbuh adalah outlet ke keempat di Sumatera Barat (Sumbar) dan keenam di seluruh Indonesia.

Outlet Kopi Dindiang yang sudah dibuka sebelumnya dua di Padang yaitu Lapau Ongga, Cafe Nusantara, Lapau Ayah di Kabupaten Dharmasraya , Warkop KNPI Kolaka dan Warkop Boboho di Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, eksekutor gerakan sosial Kopi Dinding, Miko Kamal mengharapkan program ini menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan solidaritas dan empati.

Menurutnya negara yang kuat dan besar adalah yang masyarakatnya memiliki rasa solidaritas dan empati dengan sesama.

Membangun solidaritas dan empati harus dengan praktik langsung, salah satu jalannya adalah melalui Kopi Dinding, ujarnya.

Ia menjelaskan menjelaskan program ini bertujuan untuk berbagi kepada sesama dengan cara setiap pengunjung kedai yang ingin berpartisipasi ketika memesan makan dan minum membayar dua kali lipat.

Misalnya jika pesan segelas kopi harganya Rp8.000 maka dibayar Rp16.000 karena segelas yang satunya untuk kopi dinding, kemudian kopi untuk dinding tersebut ditulis pada selembar stiker dan tempelkan di dinding.

"Kalau pesan kopi susu, berarti pengunjung akan menulis kopi susu di stiker dan tempel di dinding kedai," kata dia.

Ketika ada pengunjung lain yang kurang mampu, mereka dapat menikmati menu yang ada di kedai tersebut secara gratis dengan mengambil stiker yang ditempel di dinding dan menyerahkan kepada kasir.

Kalau ingin kopi ambil saja stiker yang bertuliskan kopi, serahkan kepada kasir maka akan diberikan cuma-cuma karena sudah dibayar oleh pengunjung yang menempelkan stiker, ujarnya.

Ia mengatakan program ini ditujukan kepada mereka yang kurang mampu seperti petugas kebersihan, kaum dhuafa, buruh angkat, tukang parkir dan lainnya.

Jadi prinsipnya orang yang membayar tidak tahu siapa yang ditraktir, dan yang menerima juga tidak tahu siapa yang telah membayar menu yang disantap, ujar dia yang sehari-hari berprofesi sebagai pengacara dan dosen.

Sebelumnya Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno menilai gerakan kopi dinding adalah ide cemerlang untuk menggalakkan kepedulian sosial dengan cara sederhana namun selama ini tidak pernah terpikirkan oleh publik.

Menurut dia saat ini kalau ada yang ingin membantu sesama identik dengan memberi uang, namun lewat gerakan kopi dinding orang berbagi tidak harus dalam bentuk uang tetapi juga bisa lewat makanan dan minuman. (*)