Penyaluran Kredit Perbankan Sumbar Turun

id Puji Atmoko

Penyaluran Kredit Perbankan Sumbar Turun

Kepala Perwakilan BI Sumbar, Puji Atmoko. (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) mencatat penyaluran kredit perbankan di daerah itu pada triwulan II 2016 menurun hanya tumbuh 8,1 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada angka 9,6 persen.

"Penyaluran kredit perbankan untuk sektor rumah tangga pada triwulan II 2016 hanya mencapai Rp21,7 triliun," kata Kepala BI perwakilan Sumbar, Puji Atmoko di Padang, Jumat dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional triwulan II 2016.

Menurutnya perlambatan kredit sektor rumah tangga menyebabkan melambatnya pertumbuhan kredit perbankan secara keseluruhan mengingat porsinya yang mencapai 43,7 persen dari total kredit bank umum.

Di sisi lain, proyeksi kenaikan harga sawit dan karet yang masih terbatas menyebabkan rumah tangga menahan konsumsi dan permintaan kredit karena sebagian besar mata pencaharian penduduk Sumbar bertumpu pada kedua komoditas tersebut, katanya.

Ia mengatakan mengacu pada informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), meski harga sawit dan karet sudah mulai naik namun hal tersebut tidak bisa menutupi biaya operasional petani mulai dari pemupukan hingga peremajaan lahan.

Ditinjau dari komponennya, turunnya pertumbuhan kredit rumah tangga berasal dari kredit multiguna dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan kredit lain-lain, ujar dia.

Ia menyebutkan pertumbuhan kredit kendaraan bermotor masih mengalami kontraksi sebesar minus 19,6 persen atau semakin dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang minus 15,2 persen.

Berdasarkan data dari Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Sumbar pendaftaran kendaraan baru yang menjadi proksi penjualan mobil pada triwulan II 2016 masih mengalami kontraksi meskipun tidak sebesar triwulan sebelumnya.

Sementara pertumbuhan penjualan motor yang tumbuh positif mampu menahan kontraksi kredit kendaraan bermotor, katanya.

Di sisi lain, relaksasi kebijakan Loan to Value (LTV) kredit properti dan penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) konsumsi di beberapa bank belum mampu mengangkat permintaan kredit perumahan rakyat.

Pertumbuhan KPR pada triwulan II 2016 tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sektor ekonomi real estate dari 6,9 persen pada triwulan I 2016 menjadi 6,5 persen pada triwulan II 2016, kata dia.

Selain itu, harga properti yang terus meningkat turut mempengaruhi turunnya permintaan kredit perumahan rakyat.

Kondisi ini tercermin dari Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Sumatera Barat yang menunjukkan adanya peningkatan harga properti, terutama untuk tipe kecil dan besar, ujar dia.

Sementara, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan pihaknya telah mendirikan PT Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) sebagai lembaga yang menjamin kredit dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Menurut dia UMKM masih menghadapi kendala masalah permodalan untuk mengembangkan usahanya dan disisi lain lembaga perbankan sebagai pemilik sumber dana terbesar sulit diakses karena usaha mikro tidak memiliki jaminan, walaupun usaha mereka layak dibiayai.

Ia mengatakan, dengan keberadaan PT Jamkrida akan mengisi kekurangan dihadapi UMKM, yakni jaminan kredit dari perbankan. (*)