Warga Koto Baru Dharmasraya Kesulitan Air Bersih

id kekeringan

Warga Koto Baru Dharmasraya Kesulitan Air Bersih

Ilustrasi kekeringan. Seorang warga menyalin air dari lubang yang digali di sungai untuk mendapatkan air bersih. (Antara)

Pulau Punjung, (Antara Sumbar) - Ratusan warga di Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, mengalami kesulitan air bersih akibat kemarau panjang yang melanda daerah itu sejak berapa bulan terakhir.

"Sebulan ini hujan nyaris tidak turun, akibatnya sumur masyarakat kekeringan. Bahkan kondisi terparah telah kami rasakan sejak dua minggu terakhir," kata warga Koto Baru Desi (37) di Pulau Punjung, Rabu.

Kondisi itu, kata dia, terjadi karena hujan lama tidak turun sedangkan masyarakat mengandalkan air bersih dari sumur.

Untuk menyiasati kekeringan ini terutama untuk mendapatkan kebutuhan air minum dan memasak, kata dia, masyarakat terpaksa mengandalkan sumur tetangga yang belum kering.

"Itupun hanya cukup memenuhi kebutuhan konsumsi. Kami berharap pemerintah daerah segera mencarikan solusi," lanjutnya.

Keluhan senada diungkapkan Bujang (48) warga Ampang Kuranji di kecamatan yang sama, bahwa di nagari (desa adat) itu saat ini sulit mendapatkan air bersih selama musim kemarau.

"Kini mendapatkan air untuk kebutuhan minum dan memasak saja sangat sulit, apalagi untuk kebutuhan mencuci dan mandi," ujarnya.

Ia menjelaskan, musim kemarau hampir setiap tahun melanda daerah itu, namun kelangkaan air bersih tahun ini lebih berat dirasakan, karena salah satu sungai Piruko sudah tidak dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Air sungai sudah tidak dapat kami manfaatkan karena sudah keruh akibat penambangan liar di hulu sungai seberang Piruko," ujarnya.

Menurut dia, masyarakat menyesalkan kondisi tersebut sebab biasanya bila terjadinya musim kemarau warga dapat memanfaatkan aliran sungai di sekitar permukiman untuk mandi. Namun saat ini kondisi air sungai tercemar diduga karena aktivitas tambang emas ilegal.

Secara terpisah, Camat Koto Baru Nasution mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan dan surat dari warga terkait masalah kekeringan yang melanda nagari di wilayah itu.

"Laporan tertulis masyarakat sudah kami terima, bahkan warga juga meminta aktivitas tambang ditertibkan," katanya.

Ia mengungkapkan hampir setiap tahun terjadi kekeringan di beberapa nagari di kecamatan itu.

"Keluhan masyarakat akan kami sampaikan ke bupati begitu juga dengan penertiban penambang liar juga berdasarkan laporan masyarakat ini, selanjutnya biar bupati mengambil kebijakan," ujarnya. (*)