Cabai Masih Jadi Pemicu Inflasi di Bukittinggi

id cabai

Cabai Masih Jadi Pemicu Inflasi di Bukittinggi

(ANTARA FOTO)

Bukittinggi, (Antara Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), mencatat cabai merah masih menjadi komoditas penyumbang inflasi di daerah itu pada November 2016.

Kepala BPS setempat, Faizal di Bukittinggi, Kamis, mengatakan cabai merah menjadi penyumbang inflasi dengan andil sebesar 0,71 persen.

"Pemerintah daerah perlu mengendalikan harga kebutuhan yang memiliki bobot tinggi dalam perhitungan inflasi seperti cabai merah. Kemudian, beberapa komoditas lain yang juga mengalami inflasi yaitu beras, cabai hijau, bawang merah, tomat sayur serta beberapa komoditas lain," sebutnya.

Di samping itu peningkatan harga juga terjadi pada rokok kretek filter, rokok kretek dan kopi bubuk.

Ia menjelaskan Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 1,07 persen pada November 2016 karena kenaikan indeks pada empat kelompok pengeluaran.

Kenaikan itu terjadi di kelompok bahan makanan sebesar 3,73 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,67 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,39 persen dan kelompok sandang sebesar 0,09 persen.

Namun ada komoditas yang mengalami penurunan selama bulan itu di antaranya kentang, daging ayam ras, telur ayam ras, belut, gula pasir dan bahan bakar rumah tangga.

Ia mengatakan dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK), 78 kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Manado sebesar 2,86 persen.

"Bukittinggi sendiri berada di urutan ke tiga di Sumatera atau urutan ke lima dari seluruh kota IHK di Indonesia," tambahnya.

Sebelumnya Wali Kota setempat M Ramlan Nurmatias mengatakan cabai merah merupakan salah satu komoditas yang sudah menjadi kebutuhan pokok warga Bukittinggi sehingga sering mengalami kenaikan harga terutama saat kondisi cuaca tidak mendukung.

Untuk mengatasi persoalan itu ia mengimbau warga serta aparatur sipil negara (ASN) setempat memanfaatkan pekarangan rumah menanam cabai merah dan komoditas sayuran lainnya.

"Paling tidak tanam lima sampai 10 batang di pekarangan, sudah cukup membantu mengurangi tingginya permintaan cabai merah di pasaran," katanya. (*)