Akademisi: Perlakuan Tidak Adil Dapat Memicu Radikalisme

id sosialisasi radikalisme

Akademisi: Perlakuan Tidak Adil Dapat Memicu Radikalisme

Kegiatan ceramah dan sosialisasi tentang kinerja Polri dalam mencegah paham radikal di Mapolres Bukittinggi, Kamis (8/12). (ANTARA SUMBAR/Ira Febrianti)

Bukittinggi, (Antara Sumbar) - Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), Miswardi mengatakan perlakuan tidak adil yang diterima seseorang dapat menjadi salah satu pemicu munculnya perilaku radikal.

Hal tersebut ia sampaikan dalam kegiatan Sosialisasi Kinerja Polri Dalam Mencegah Paham Radikal di Wilayah Hukum Polres Bukittinggi yang dilaksanakan di Bukittinggi, Kamis.

"Lahirnya suatu paham radikal merupakan persoalan kompleks. Tidak hanya berasal dari masyarakat sendiri namun ada kontribusi lain seperti ketidakadilan yang diterima. Maka untuk mengantisipasi kemunculan paham radikal, keadilan harus diterapkan di tengah masyarakat," katanya.

Di samping itu, menurutnya masyarakat yang termarginalkan secara ekonomi merupakan kelompok yang rentan menerima doktrin paham berbahaya sehingga pembangunan ekonomi masyarakat menjadi salah satu hal yang juga harus mendapat perhatian.

Sedangkan secara umur, kelompok umur 12 sampai 19 tahun dan di bawah 50 tahun adalah kalangan yang rentan menerima paham radikal.

Ia menerangkan dalam mencegah munculnya paham berbahaya terutama di wilayah Bukittinggi diperlukan penguatan peran pranata yang ada bagi masyarakat setempat.

"Contohnya pranata adat, di sini ada tokoh masyarakat seperti ninik mamak dan alim ulama yang dapat diberdayakan perannya karena posisi mereka dekat dengan masyarakat, jadi lebih tau secara detail kondisi di tengah masyarakat," ujarnya.

Sementara Kapolres Bukittinggi, AKBP Arly Jembar Jumhana mengatakan daerah itu termasuk wilayah rawan disusupi paham radikal.

"Misalnya pada 2007 pernah ada penangkapan seorang warga Bukittinggi di Palembang. Lalu Densus 88 juga pernah menangkap warga setempat yang akan berangkat ke luar negeri untuk bergabung dengan suatu kelompok radikal dan akhirnya dipulangkan. Ini menunjukkan Bukittinggi memang rawan," jelasnya.

Ia mengatakan dalam mencegah munculnya paham radikal di daerah itu dilakukan melalui kegiatan yang mendekatkan masyarakat dengan kegiatan keagamaan dan menyampaikan pesan-pesan terkait keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Secara aktif, kami terjun langsung ke tengah masyarakat menyampaikan pesan kamtibmas dalam kegiatan Jumat Barokah dan Jumat Sedekah dan tokoh masyarakat setempat juga kami libatkan dalam kegiatan itu," ujarnya.

Ia mengimbau warga setempat agar turut aktif menjaga keamanan dan ketertiban dan diharapkan segera melapor sekiranya menemukan perilaku seseorang atau kelompok tertentu yang dianggap mencurigakan. (*)