Wali Kota: Makan "Bajamba" Budaya yang harus Dilestarikan

id makan bajamba

Wali Kota: Makan "Bajamba" Budaya yang harus Dilestarikan

Warga Kota Bukittinggi, Sumateta Barat (Sumbar), mengikuti acara Makan "Bajamba" yang digelar pemerintah setempat memperingati Hari Jadi Kota (HJK) ke-232, Selasa (20/12). (ANTARA SUMBAR/Ira Febrianti)

Bukittinggi, (Antara Sumbar) - Wali Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), M Ramlan Nurmatias mengatakan makan bajamba merupakan budaya masyarakat Minangkabau yang harus dilestarikan.

Hal tersebut ia sampaikan usai acara Makan Bajamba yang digelar pemerintah setempat dalam rangka menyambut peringatan ke-232 Hari Jadi Kota (HJK) di Bukittinggi, Selasa.

Kegiatan itu dilaksanakan di pelataran objek wisata Jam Gadang dan diikuti oleh forum komunikasi pimpinan daerah, satuan kerja perangkat daerah (SKPD), tokoh masyarakat, warga setempat serta wisatawan yang berkunjung ke daerah itu.

"Makan bajamba ini adalah sebuah budaya yang mengandung hikmah menciptakan rasa kebersamaan dan kekerabatan di tengah masyarakat, harus dilestarikan. Kami liat masyarakat sangat antusias karena tampak pelataran Jam Gadang begitu ramai," katanya.

Menurutnya kegiatan itu dapat menjadi ajang mengenalkan budaya daerah baik kepada warga setempat terutama anak-anak maupun ke wisatawan luar daerah.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat Melfi Abra menambahkan kegiatan tersebut melibatkan 24 kelurahan di daerah itu untuk mempersiapkan sajian makan bajamba.

Ia menyebutkan setiap kelurahan menyiapkan 10 jamba atau sajian makanan dalam satu wadah ukuran besar terdiri dari enam jenis masakan khas Minang yakni rendang, gulai ayam, pangek ikan, gulai anyang, taruang bulek dan karupuak tunjuak.

"Total ada 240 jamba dari kelurahan lalu ditambah 60 jamba dari pihak Perhimpunan Hotel dan Restauran (PHRI), BUMD dan BUMN di Bukittinggi," katanya.

Ia mengatakan kegiatan yang dilaksanakan di Jam Gadang itu dijadikan ajang promosi wisata dan pelestarian nilai-nilai budaya.

"Ada prosesi yang dilalui hingga masakan sampai di Jam Gadang, yaitu melepas dan mengarak jamba. Saat makan pun juga ada aturan tertentu seperti cara makan, jumlah orang yang makan dalam satu jamba hingga cara duduk sehingga ini jadi sebuah daya tarik budaya bagi wisatawan," ujar dia.

Ditargetkan kegiatan itu akan terus dilaksanakan setiap peringatan HJK dan sosialisasi dilakukan secara lebih luas agar berlangsung lebih ramai.

Salah seorang kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dari Kelurahan Tarok Dipo, Erniati mengatakan untuk menyiapkan enam masakan tersebut para kader PKK telah mulai memasak sejak Senin(19/12) sore.

"Proses memasak yang dilakukan di kelurahan memberi kesan tersendiri terutama dalam kebersamaan. Makan bajamba yang dilaksanakan terbuka bagi masyarakat ini, semoga semua dapat menikmati masakan dan rasa kebersamaan tumbuh di tengah masyarakat," ujarnya. (*)