Malam Pergantian Tahun di Sumbar Berpotensi Hujan

id tahun baru

Malam Pergantian Tahun di Sumbar Berpotensi Hujan

Semarak kembang api mewarnai objek wisata "Jam Gadang" pada malam pergantian tahun di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (1/1/2016) malam. (ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi/foc/16.)

Padang, (Antara Sumbar) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ketaping Padangpariaman menyatakan sebagian besar wilayah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) berpotensi hujan pada malam perayaan pergantian tahun.

"Sumbar berpotensi diguyur hujan pada malam pergantian tahun dengan intensitas ringan hingga sedang," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Padangpariaman Budi Samiaji saat dikonfirmasi dari Padang, Rabu.

Ia mengatakan potensi terjadinya hujan tersebut terutama di pesisir Pantai Barat provinsi itu.

Hal tersebut disebabkan adanya pola sirkulasi tertutup di perairan Selat Karimata dan terdapat daerah pertemuan angin di selatan Sumatera.

"Potensi hujan tersebut secara umum terjadi antara sore hingga malam," katanya.

Ia menjelaskan potensi hujan ringan di wilayah pesisir pantai Sumbar itu ialah di Padang, Tiku, Pesisir Selatan, Padangpariaman, Kota Pariaman, Kepulauan Mentawai dan Pasaman Barat.

Kemudian kondisi tersebut diperkirakan dapat meluas ke Sumbar bagian tengah di antaranya Padang Panjang, Tanah Datar, Kabupaten Solok, dan Kota Solok.

Selain diguyur hujan, Sumbar juga berpotensi dilanda angin kencang di daerah Kepulauan Mentawai, pesisir Pantai Barat Sumbar dan sebagian Kota Solok.

"Kecepatan angin maksimal bisa mencapai 40 kilometer per jam," ujarnya.

Masyarakat juga harus mewaspadai perubahan cuaca yang mendadak mengingat beberapa waktu terakhir ini cuaca di Sumbar tidak menentu, katanya.

Ia mengimbau masyarakat berhati-hati dan waspada terutama terkait genangan air, longsor dan banjir di wilayah pesisir pantai Sumbar khususnya Kepulauan Mentawai dan Sumbar bagian tengah.

Sementara sebelumnya pengamat bidang atmosfer dari Universitas Andalas (Unand), Dr Techn Marzuki mengemukakan hujan ekstrem yang terjadi beberapa minggu terakhir di Sumbar hanya fenomena biasa terjadi.

"Hujan ini hanya interaksi daratan Sumatera dengan lautan di sekitarnya dan sangat dipengaruhi angin dan temperatur air laut," ujarnya.

Ia memaparkan hujan ekstrem terjadi saat daratan mendapat penyinaran matahari pada siang kemudian mengalami penguapan lebih cepat dari lautan.

Pada saat itu angin dari lautan yang membawa uap air membentuk awan di darat, awan inilah yang kemudian membentuk butir air dan hujan. (*)