2017, Sawahlunto Targetkan 1.000 Persalinan Selamat

id persalinan

2017, Sawahlunto Targetkan 1.000 Persalinan Selamat

Ilustrasi.

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), menargetkan sekitar 1.000 persalinan selamat bagi ibu melahirkan di kota itu pada 2017.

"Pada 2016 terjadi empat peristiwa kematian dalam proses persalinan, jika dibandingkan dengan total jumlah penduduk sebesar 60 ribu jiwa lebih maka jumlah tersebut memiliki persentase yang tinggi secara nasional," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan dr Al Anshari di Sawahlunto, Rabu.

Target tersebut merupakan upaya Dinas Kesehatan dalam mempertahankan persentase derajat kesehatan masyarakat kota itu dengan memberikan perhatian khusus bagi kehamilan berisiko tinggi.

Dinas Kesehatan meminta seluruh bidan yang bertugas di puskesmas serta klinik bersalin untuk selalu melakukan pemantauan menyeluruh terhadap kesehatan ibu dan calon bayi.

Sementara itu, terbatasnya stok kantong darah di Sawahlunto disebutnya harus menjadi perhatian semua pihak.

"Karena sebagian besar peristiwa kematian ibu hamil yang terjadi lebih disebabkan oleh lambatnya penanganan ketika terjadi pendarahan yang luar biasa," ungkapnya.

Berdasarkan data yang ada, instalasi layanan kesehatan di kota itu membutuhkan sedikitnya 100 kantong darah yang harus disiagakan setiap hari untuk pasien gawat darurat.

Sementara penyangga kebutuhan darah bagi pasien hingga saat ini masih didatangkan dari PMI Cabang Solok yang juga harus melayani beberapa rumah sakit sekitar termasuk RSUD Sawahlunto.

"Kami berharap ada solusi yang jelas oleh pihak terkait dalam memenuhi kebutuhan stok darah tersebut karena akan berimbas pada menurunnya derajat kesehatan masyarakat kota ini," kata dia.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Komisi I DPRD Epy Kusnadi mengimbau pemerintah kota untuk segera mengambil tindakan jelas dan terukur guna memenuhi unsur pelayanan dasar bidang kesehatan.

"Saya menilai pemenuhan pelayanan masih diarahkan pada kelengkapan infrastruktur, padahal kebutuhan darah dan obat-obatan juga wajib dipenuhi dalam memberikan pelayanan maksimal bagi pasien," tegasnya. (*)