Menikmati Hidangan di Taman Kuliner Kota Padang

id Kapal Kuliner

Menikmati Hidangan di Taman Kuliner Kota Padang

Kapal Kuliner. (Foto Dok Humas dan Protokol Padang)

Lezatnya Soto Garuda yang terkenal, gurihnya nasi goreng balado khas Minang, hingga sedapnya gulai jengkol di lapau atau warung MAMA, menjadi bagian dari menu utama yang disajikan di Taman Kuliner Kota Padang. Area kuliner baru yang menjadi destinasi wisata berbelanja makanan di ibu kota Provinsi Sumatera Barat itu.

Sesuai namanya, Taman Kuliner ini berkonsep outdoor atau di luar ruangan dengan mengakomodasi beberapa warung pedagang dalam satu area dengan belasan payung pelindung. Setiap pedagang menggunakan satu pondok yang dilengkapi meja dan payung besar.

Dengan desain bentuk huruf L, di sekitarnya terdapat beberapa tanaman hias dan air mancur di tengahnya.

Semenjak dibangun dan diresmikan oleh wali kota pada Juli 2016, destinasi berbelanja makanan yang terletak di halaman Pasar Raya Padang bagian barat tersebut telah menarik perhatian banyak warga, khususnya pengunjung yang berbelanja di pertokoan sekitar Pasar Raya.

Salah satu pengunjung yang biasa berbelanja di Pasar Raya Rozawati mengaku cukup sering berkunjung ke Taman Kuliner yang letaknya tepat berhadapan dengan Gedung Balai Kota Padang yang lama tersebut.

Menurut Roza keberadaan Taman Kuliner telah memberikan warna baru tersendiri bagi Pasar Raya yang selama ini dikenalnya sumpek dan penataannya semrawut.

"Biasanya kami 'bersempit-sempit' cari pedagang makanan yang letaknya di pojok pasar, sekarang cukup strategis dan terbuka," katanya.

Ia menambahkan menyantap hidangan di Taman Kuliner memiliki perbedaan dari restoran lainnya sebab kondisinya terbuka dan bebas memandang ke segala arah.

Pernyataan Roza ini cukup beralasan mengingat letak Taman Kuliner yang berada di jantung arus strategi di tengah kota Padang.

Bila pengunjung berdiri di Taman Kuliner akan dapat menikmati beberapa objek terkemuka di Padang seperti Gedung Balai Kota Lama, Ruang Terbuka Hijau Imam Bonjol, dan sejumlah pertokoan seperti Bombay dan Indonesia Tekstil yang berada tepat di depan Taman.

Salah seorang pelayan di Taman Kuliner, Putri mengatakan sebagian besar pengunjung datang ke Taman Kuliner untuk beristirahat setelah berbelanja, disamping itu juga sebagai tempat menunggu angkutan umum sebab di depannya terdapat terminal bayangan angkutan kota.

Secara khusus, katanya makanan yang disajikan tetap sama namun adanya pemandangan yang beragam menjadikan pengunjung cukup menikmatinya.

"Kadang kala pengunjung atau penjual di Taman Kuliner bisa menyaksikan berbagai peristiwa seperti penggerebekan pedagang oleh Satpol PP, perkelahian dan lainnya," katanya yang mengaku baru beberapa bulan bekerja di tempat tersebut.

Hal yang sama juga diutarakan salah satu pengunjung langganan, Dewi, yang menilai ada sesuatu yang berbeda saat menyantap hidangan di Taman Kuliner.

"Rasa bakso, ayam penyet atau nasi goreng tetap sama yang berbeda suasananya," kata Dewi yang mengaku dua kali dalam seminggu sengaja berkunjung ke Taman Kuliner.

Menurut mahasiswa di salah universitas ternama tersebut, Taman Kuliner bukanlah sebuah tempat peristirahatan atau tempat makan yang sejuk dan nyaman.

Sebab, katanya, berlokasi tepat di jantung kota yang hanya berjarak kurang lebih 200 hingga 400 meter dari bibir pantai, yang tentunya saat siang cuaca panas, terlebih di sekitar lokasi amat minim pepohonan rindang.

Akan tetapi, ujarnnya sebuah pengalaman yang unik bisa dirasakan karena bisa melihat pemandangan unik mulai dari delman yang berjejer menunggu penumpang, tukang ojek, pedagang, petugas keamanan dan sebagainya.

Bahkan pada hari tertentu bisa melihat kesibukan di Ruang Taman Hijau Imam Bonjol karena ada kegiatan upacara dan sebagainya.

Konsep pembangunan Taman Kuliner ini memang dibuat berbeda dari kebanyakan rumah makan atau tempat istirahat makan di Padang. Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan bahwa Taman Kuliner ini dibuat untuk mendukung pembangunan pariwisata kota.

Menurut dia dengan bertambahnya objek wisata di Padang tentu akan menambah wisatawan yang datang dan kebutuhan akan kuliner semakin besar.

Hidangan yang ada di Taman Kuliner, kata Mahyeldi menyajikan makanan yang halal, layak, dan telah direkomendasikan beberapa instansi pemerintah seperti Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan serta Dinas Perdagangan.

Maksud dibangun di lokasi depan bekas gedung Matahari Dept Store lama itu juga semata untuk mempercantik Pasar Raya.

"Selama ini pasar terkesan semrawut dengan adanya Taman Kuliner ini bisa sedikit terlihat indah," katanya.

Ia menambahkan pembangunan Taman Kuliner ini sejalan dengan upaya penataan Pasar Raya besar-besaran hingga 2019.

Selain membangun Taman Kuliner, pihaknya juga telah menyiapkan tempat yang memiliki konsep sama yakni Kapal Kuliner yang sejauh ini belum terealisasi.

"Baik Taman Kuliner atau Kapal Kuliner menjadi upaya alternatif pemerintah kota untuk mendisiplinkan pedagang yang diharapkan akan muncul lokasi representatif lainnya untuk wisata kuliner," ujarnya.

Menurutnya ini sebuah proyek percontohan dalam mendapatkan keuntungan yang beragam dan besar.

Masih Perlu Pengembangan

Meski telah banyak menarik pengunjung, sebagian di antaranya mengeluhkan masih perlunya pengembangan ke depan dari Taman Kuliner tersebut.

Menurut salah satu pedagang toko di sekitar Pasar Raya, Leno, masih sedikitnya pengunjung semenjak buka pukul 08.00 WIB disebabkan karena masih rendahnya kualitas pelayanan.

"Sering terjadi salah komunikasi antara pelayan dan pengunjung, lambatnya pesanan hingga ragam hidangan harus lebih ditingkatkan ke depan," katanya yang mengaku kerap makan siang di Taman Kuliner.

Di samping itu pemerintah juga perlu menata pedagang yang berjualan di sekitar Jalan Muhammad Yamin dan Sandang Pangan tersebut.

Sebab, katanya saat pengunjung banyak, parkir sulit karena adanya pedagang, delman dan angkutan kota yang ada di depannya.

"Bila itu sudah ditata, Taman akan lebih terlihat dan pengunjung akan lebih banyak," ujarnya.

Senada dengan itu, pengamat ekonomi dari Universitas Andalas Prof Werry Darta Taifur menilai infrastruktur dalam memajukan pariwisata amat diperlukan.

Menurutnya, bukti adanya Monumen IORA, dan Merpati Perdamaian di Padang telah meningkatkan jumlah wisatawan ke kota tersebut.

Dalam hal ini, kata dia, seperti penataan Pasar Raya dan penyediaan rumah makan representatif sebagaimana Taman Kuliner menjadi prioritas utama.

Hal senada juga diungkapkan Ketua DPRD Padang Erisman yang berharap adanya penataan serius dan pengawasan ketat.

Menurutnya sebagaimana di tempat makan waralaba terdapat infrastruktur pendukung untuk mempertahankan keramaian pengunjung seperti membuat taman bermain. Taman bermain yang ada di Imam Bonjol terletak jauh dari lokasi.

Pengawasan juga perlu dilakukan, kata dia, untuk mempertahankan pedagang agar tidak berjualan secara tidak beraturan kembali.

Menanggapi hal tersebut Kepala Dinas Perdagangan Endrizal menjamin bahwa kualitas Taman Kuliner akan lebih ditingkatkan.

Bukan hanya itu dalam penataan dan jenis hidangannya akan dibuat lebih beragam.

"Kami akan berupaya mempertahankan keberadaannya dan pengunjung tetap menikmati hidangannya dengan nyaman," ujarnya. (*)