Pengamat: Media Sosial Faktor Utama Munculnya "Hoax"

id hoax

Padang, (Antara Sumbar) - Pengamat komunikasi dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Emeraldy Catra mengatakan media sosial (Medsos) merupakan faktor utama yang menyebabkan semakin menjamurnya berita bohong dan fitnah atau hoax yang belakangan ini marak.

"Jika media sosial tidak ada, maka berkembangnya berita hoax itu tidak terlalu signifikan," katanya saat mengisi acara seminar di Padang, Rabu.

Ia menjelaskan hoax sudah ada dari zaman dahulu, namun tidak terlalu berkembang di tengah masyarakat karena medianya cukup minim.

Hal itu, terangnya cukup berbeda dengan zaman sekarang yang sangat mudah membagikan berita hoax terutama melalui media sosial. Apalagi, katanya menambahkan hampir semua kalangan saat ini sudah memiliki media sosial tersebut.

"Akan sangat mudah sekali menebar kebencian saat ini," katanya.

Ia menekankan seseorang dengan mudah dapat menyebar berita di media sosial sehingga masing-masing individu memiliki potensi untuk menjadi pembohong dengan menyebarkan berita hoax.

Sehingga, jelasnya saat ini seseorang tidak bisa lagi membedakan mana berita yang benar-benar nyata dan berita hoax.

Kemudian ia juga menilai zaman sekarang fungsi media sudah mulai bergeser. "Fungsi media itu sebenarnya adalah mengurangi hal-hal tidak pasti yang beredar di masyarakat," terangnya.

Namun fungsi itu sudah mulai bergeser dengan mudahnya menyebar berita hoax melalui medsos.

Selain itu, ia menekankan pengguna media sosial khususnya anak muda untuk lebih berhati-hati menggunakan media sosialnya agar tidak ikut-ikutan menyebar berita hoax.

"Kita bisa mulai dari diri sendiri, mengingatkan teman dan keluarga agar tidak sembarangan membagikan berita," katanya.

Pengguna medsos juga harus mulai memperhatikan kegunaan dari media sosial itu, apakah lebih banyak baiknya dari pada tidak baiknya, jelasnya.

"Dalam sehari harus dievaluasi lagi apa saja kegiatan di media sosial yang bisa menambah wawasan sehingga hal itu tidak untuk mengikuti tren saja," terangnya. (*)