Sekitar 500 Hektare Sawah di KPGD Tidak Teraliri Air

id Sawah, kekeringan, Solok Selatan

Sekitar 500 Hektare Sawah di KPGD Tidak Teraliri Air

Ilustrasi - (FOTO ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra)

Padang Aro, (Antara Sumbar) - Sekitar 500 hektare sawah warga di Jorong Sungai Pangkua, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, sudah dua tahun tidak teraliri air, kata Camat setempat Syahrul Munir.

"Saya mendapat laporan dari masyarakat bahwa sudah dua tahun sawah mereka tidak teraliri air dari irigasi. Setelah dilakukan pengecekan penyebabnya karena ada tumpukan sampah dan pembekuan sedimen di hulu irigasi," katanya di Padang Aro, Kamis.

Selain itu, katanya juga ada ditemukan 10 titik jalur primer irigasi yang dibobol masyarakat di bagian hulu, padahal kebutuhan air mereka tidak sebanyak itu.

Ia menyebutkan sampah yang menumpuk di irigasi sudah dibersihkan sehingga airnya cukup besar tetapi masih belum bisa mengairi keseluruhan sawah karena 10 titik yang bobol ditambah sedimen di gorong-gorong.

Selain itu, pihaknya juga sudah mengajak masyarakat untuk membersihkan sedimen yang menumpuk di hulu irigasi tetapi belum maksimal karena sudah membeku dan cukup banyak.

"Kami juga sudah menginstruksikan Wali Nagari (kepala desa adat) untuk membuatkan Peraturan Nagari (Perna) agar masyarakat tidak membuang sampah dihulu irigasi dan mendapat tanggapan positif dari mereka," katanya.

Dalam waktu dekat, pihaknya akan mengumpulkan kelompok tani sekitar irigasi tersebut untuk membersihkan sedimen yang menumpuk agar air bisa lancar.

Ia menambahkan pihaknya juga sudah melaporkan hal ini ke Balai Pengairan Sumbar dan mereka berjanji akan membantu.

Sementara itu tokoh masyarakat Sungai Pangkua Naspul mengatakan kekeringan sawah warga juga disebabkan aktivitas galian C di hulu irigasi sehingga pasir masuk irigasi dan mengendap.

"Semenjak aktivitas galian C marak air yang masuk ke saluran irigasi jadi kecil dan tidak bisa mengairi seluruh sawah warga," ujarnya.

Ia mengatakan, sekarang sawah yang tidak dapat pengairan ditanami warga dengan jagung maupun kacang tanah.

"Ada juga yang tetap menanam padi tetapi gagal karena air tidak sampai sehingga mereka merugi cukup besar," katanya.

Ia berharap, pemerintah daerah menertibkan aktivitas galian C yang membuat sawah masyarakat kekeringan sehingga petani tidak merugi lagi. (*)