Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menargetkan pembangunan delapan kampung produktif hingga 2018 untuk menekan kesenjangan ekonomi antara masyarakat perdesaan dan perkotaan.
"Upaya tersebut dilakukan dalam rangka mewujudkan visi kota yang tertuang dalam RPJMD 2013 - 2018 yakni terwujudnya masyarakat kota Sawahlunto yang produktif, mandiri, religius, sejahtera dan pemerintahan yang melayani," kata Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Sawahlunto Andy Rastika, di Sawahlunto, Senin.
Menurutnya, pada 2017 pihaknya memprioritaskan pembangunan dibidang pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada pengembangan ekonomi kreatif, mandiri dan berdaya saing guna sebagai salah satu langkah menekan kesenjangan di kota itu melalui peningkatan nilai tukar masyarakat.
Hingga saat ini, lanjutnya, sebanyak lima kampung produktif telah diresmikan yaitu Dusun Luak Badai untuk kerajinan songket, Dusun Kayu Gadang dengan produksi sepatu, Desa Sikalang melalui usaha konfeksi, Desa Rantih dengan program desa wisata dan Desa Tumpuak Tangah dengan produksi ayaman bambu.
Ia menyontohkan, seperti Desa Tumpuak Tangah yang merupakan desa kelima dicanangkan sebagai kampung produktif dengan populasi penduduk 2.050 jiwa penduduk, saat ini berhasil mengembangkan potensi bidang pertanian seperti karet seluas 260 hektare dengan jumlah produksi sekitar 5 ton perminggu.
Selain itu, lanjutnya, desa itu juga memiliki perkebunan kelapa seluas 50 hektare dengan jumlah produksi 4.000 butir per bulan, dengan daerah pemasaran meliputi provinsi Sumbar dan Riau.
"Selain perkebunan kawasan itu juga memiliki potensi pariwisata seperti Bukit Puncak Sula, bangunan Rumah Pohon dan Danau Biru," kata dia.
Dengan potensi sebanyak itu, lanjutnya, pemerintah berupaya untuk memperbaiki tata kelola serta kualitas produksinya agar hasil yang diperoleh bisa memberikan peningkatan terhadap pendapatan mereka.
Sementara itu, Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf, mengatakan potensi yang ada di setiap desa dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan kampung produktif.
"Untuk mewujudkannya dibutuhkan kerjasama semua pihak terkait agar keberadaannya mampu memperkecil kesenjangan sosial antara masyarakat desa dan perkotaan yang justru dapat memicu terjadinya konflik kepentingan antar sesama," kata dia.
Sebelumnya, Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengingatkan bahwa kesenjangan yang ada di Indonesia sudah cukup membahayakan karena adanya perbedaan agama antara yang kaya dan miskin.
"Kesenjangan di Indonesia cukup berbahaya dibanding di negara lain. Di Thailand yang kaya dan miskin sama agamanya. Di Filipina juga begitu, baik yang kaya maupun miskin memiliki agama yang sama. Sementara di Indonesia yang kaya dan miskin berbeda agama," kata Wakil Presiden M Jusuf Kalla saat menutup sidang tanwir Muhammadiyah di Ambon, Minggu. (*)
Berita Terkait
Bupati Solok saksikan gebyar alek barayo basamo di Desa Koto Baru
Sabtu, 13 April 2024 20:36 Wib
Pemkot Pariaman apresiasi desa laksanakan kegiatan keagamaan semarakan ramadhan
Minggu, 31 Maret 2024 16:28 Wib
Kemenkumham Sumbar siapkan lima desa sadar hukum di Pasaman Barat
Minggu, 31 Maret 2024 4:08 Wib
Desa di Pariaman kembangkan inovasi peluang usaha warga
Kamis, 28 Maret 2024 16:02 Wib
Bupati Sabar AS : program berpihak ke rakyat akan terus dilanjutkan
Kamis, 28 Maret 2024 9:19 Wib
Nagari Aia Manggih Barat salurkan Bantuan Langsung Tunai
Rabu, 27 Maret 2024 9:04 Wib
PLN Sumbar wujudkan listrik berkeadilan, dua desa Kabupaten Pesisir Selatan kini terang benderang
Minggu, 24 Maret 2024 21:20 Wib
22 desa wisata Dharmasraya diusulkan ikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia
Jumat, 8 Maret 2024 15:43 Wib